Bahaya! Base Camp Gunung Everest Pindah dan Menjauh dari Gunung Karena Hal Ini, Krisis Iklim Makin Parah?
Base camp Gunung Everest yang harus diungsikan karena kondisi alam yang memburuk.
Foto: nationalgeographic.comBase camp atau tempat berkumpulnya para pendaki di Gunung Everest, Nepal, terpaksa harus dipindahkan ke bawah gunung karena kondisi alam yang semakin memburuk.
Dilansir dari IFL Science, lokasi base camp yang berada di ketinggian 5.364 meter (17.598 kaki) itu menjadi sangat berbahaya karena kondisi es di gunung yang terus mencair.
Bongkahan es yang mencair atau yang disebut dengan gletser ini, tidak hanya menyebabkan retakan di sepanjang jalur gunung. Hal tersebut juga menimbulkan longsor dan berjatuhannya bebatuan atau puing yang mengancam keselamatan para pendaki.
Dalam BBC, Direktur Jenderal Departemen Pariwisata Nepal Taranath Adhikari menyebut, pihaknya kini sedang berusaha memindahkan base camp turun ke lokasi dengan ketinggian sekitar 4.500 meter agar lebih aman.
Taranath juga mengatakan, pindahnya base camp ini merupakan bentuk adaptasi dari perubahan iklim yang harus dilakukan. Hal ini penting untuk keberlanjutan bisnis pendakian di Gunung Everest yang telah menjadi destinasi pendaki dari seluruh dunia.
Gunung Everest yang memiliki ketinggian hingga 8.848 meter ini memang mengalami dampak paling besar dalam hal perubahan iklim.
Kondisi iklim yang semakin memanas membuat gunung ini sempat mengalami suhu terpanas di angka -3,3 derajat celcius, sangat panas untuk ukuran tempat yang didominasi bongkahan es yang menggunung.
Situasi ini menjadi sangat parah, bahkan sempat ada laporan penemuan tubuh manusia yang telah lama hilang, muncul kembali dari lapisan es yang telah mencair.
Meski begitu, mencairnya es di Gunung Everest tak serta merta karena suhu Bumi yang semakin memanas. Aktivitas manusia yang berada di sekitar lokasi tersebut juga menjadi salah satu alasan mengapa kondisi ini bisa terjadi.
IFL Science menulis, gunung es ini selama bertahun-tahun lamanya telah menjadi korban dari aktivitas pendaki di sana.
Mereka seringkali membakar bahan bakar seperti minyak tanah di daerah tersebut untuk menghangatkan badan. Lokasi tersebut juga penuh dengan kotoran manusia dalam jumlah yang besar.
Berdasarkan perkiraan, kumpulan orang yang datang ke sana dan bermukim di base camp, menghasilkan sekitar 4.000 liter urin per harinya.
Redaktur: Fiter Bagus
Penulis: Rizqa Fajria
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hasil Survei SMRC Tunjukkan Elektabilitas Pramono-Rano Karno Melejit dan Sudah Menyalip RK-Suswono
- 2 Cagub DKI Pramono Targetkan Raih Suara di Atas 50 Persen di Jaksel saat Pilkada
- 3 Panglima TNI Perintahkan Prajurit Berantas Judi “Online”
- 4 Tim Pemenangan Cagub dan Cawagub RIDO Akui Ada Persaingan Ketat di Jakut dan Jakbar
- 5 Pemkab Bekasi Diminta Gunakan Potensi Daerah