Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesiapsiagaan dan Mitigasi

Antisipasi Risiko Gempa Seperti di Turki, Indonesia Perlu Pemetaan Gedung-gedung Tua

Foto : istimewa

Kondisi kerusakan bangunan pascagempa bumi dahsyat mengguncang Turki, Senin (6-2-2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Berdasarkan sejarah kejadian gempa di Indonesia maka memungkinkan terjadi dan berulang di Indonesia. Sangat mungkin terjadi seperti gempa Aceh, bahkan lebih kuat dari gempa Turki. Tentu dengan mekanisme yang berbeda

Yogyakarta - Ahli kebencanaan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Eko Teguh Paripurno menekankan pentingnya pemetaan gedung-gedung tua di Indonesia, khususnya yang berada di zona rawan bencana untuk mengantisipasi risiko gempa seperti di Turki.

"Sebelum bicara mitigasi, yang perlu dilakukan adalah pemetaan gedung-gedung tua yang akan jadi masalah," kata Eko saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (8/2).

Laiknya di Turki, menurut dia, gempa berkekuatan besar sangat memungkinkan terjadi di Indonesia.

"Berdasarkan sejarah kejadian gempa di Indonesia maka memungkinkan terjadi dan berulang di Indonesia. Sangat mungkin terjadi seperti gempa Aceh, bahkan lebih kuat dari gempa Turki. Tentu dengan mekanisme yang berbeda," ujar dia.

Selain bangunan tua, pemetaan juga perlu menyasar gedung-gedung tinggi atau bertingkat yang berada di kawasan rawan gempa dan memiliki kerentanan tinggi.

Setiap pemilik gedung, kata Eko, harus menguji kelayakan gedung yang dimiliki.

"Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan tanggung jawab semua," kata Koordinator Program Studi Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta ini.

Tanpa pemetaan yang baik, Eko khawatir kesiapsiagaan dan mitigasi akan jauh dari harapan kala bencana gempa terjadi.

Menurut dia, perlu ruang bagi para ahli bangunan gedung untuk ikut mencermati gedung-gedung yang ada sehingga risiko kerusakan akibat gempa bisa ditekan.

"Beri mereka ruang untuk bekerja dan membuat keputusan. Namun, sayangnya keputusannya baik, tetapi tidak populer, banyak yang tidak mendukung dan tidak memberi ruang peran," kata dia.

Pemetaan tersebut, kata Eko, sekaligus memetakan gedung yang menyimpang antara perencanaan dan fakta konstruksinya.

Menurut dia, perlu pula dilakukan kajian forensik atas gedung apakah gedung tersebut telah dibuat secara baik sesuai dengan perencanaan dan penganggarannya.


Redaktur : Kris Kaban
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top