Alami Resesi Seks, Lebih Banyak Wanita Korea Tak Percaya Pernikahan
Iluatrasi.
Foto: ReutersLebih dari separuh wanita di Korea Selatan mengaku bahwa pernikahan dan persalinan bukanlah bagian penting dari kehidupan mereka.
Sebuah survei Asosiasi Korea untuk Kajian Kesejahteraan Sosial atau Korean Association for Social Welfare Studies yang diterbitkan pada hari Minggu (26/2), menunjukkan semakin banyak wanita yang menentang ekspektasi peran gender tradisional dalam masyarakat Korea.
Berdasarkan survei terhadap 281 pria dan wanita lajang berusia antara 20 hingga 34 tahun, menunjukkan hanya 4 persen responden wanita yang melihat pernikahan dan melahirkan sebagai hal wajib. Sedangkan 12,9 persen responden pria menjawab hal yang sama.
- Baca Juga: Malaysia lanjutkan pencarian MH370
- Baca Juga: Putin Nyatakan Siap Berunding dan Bertemu dengan Trump
Studi yang dikutip Korea Herald itu memperlihatkan bahwa pentingnya pernikahan dan kelahiran tampaknya berhubungan dengan persepsi responden tentang masyarakat Korea.
Responden yang memuji kualitas hidup dan masyarakat mereka cenderung berpikir pernikahan dan melahirkan adalah "penting".
Artinya, responden dengan kepercayaan sosial yang lebih tinggi bahwa komunitas tempat mereka tinggal mampu memberikan lebih banyak kesempatan dan kesetaraan, cenderung memandang pernikahan dan persalinan sebagai pilihan yang menarik. Begitu pula sebaliknya.
Sebuah studi terpisah juga menunjukkan bahwa lebih sedikit orang, baik wanita maupun pria, menganggap mendukung orang tua sebagai tugas wajib.
Menurut survei yang dilakukan oleh Korea Institute for Health and Social Affairs terhadap total 7.865 rumah tangga antara bulan Maret dan Juli 2022, menunjukkan hanya sekitar 21 persen responden yang mengatakan bahwa anak-anak harus tinggal bersama orang tua dan merawat mereka.
Persentase itu turun dari hasil survei yang dilakukan pada 15 tahun lalu yang mencatat 52,6 persen responden percaya bahwa anak-anak harus tinggal bersama orang tua dan merawat mereka.
Tak hanya itu, persentase responden yang setuju dengan pernyataan bahwa "anak kecil harus diasuh oleh ibunya di rumah" juga berangsur-angsur menurun selama 15 tahun terakhir.
Padahal, persentase responden yang mengatakan ibu harus mengurus anaknya adalah 64,7 persen pada survei tahun 2007, namun angka itu menurun menjadi 39,6 persen pada tahun 2022.
Tidak seperti di masa lalu, ketika keluarga memikul beban untuk menghidupi orang tua dan anak-anak, laporan tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak orang melihat masyarakat dan negara bertanggung jawab untuk merawat kelompok-kelompok ini.
Redaktur: Fiter Bagus
Penulis: Suliana
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia