Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

8 Aspek Penting Memastikan Keberlanjutan Industri Nikel dari Hulu ke Hilir

Foto : ANTARA/Jojon

Foto udara areal pasca tambang nikel yang sebagian telah di reklamasi di Kecamatan Motui, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Kamis (8/2/2024).

A   A   A   Pengaturan Font

Anggi M. Lubis, The Conversation dan Robby Irfany Maqoma, The Conversation

Isu mengenai hilirisasi nikel Indonesia tengah panas beberapa tahun ke belakang. Ambisi Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sentra produksi baterai kendaraan listrik (EV) dunia membuat aktivitas seputar komoditas tambang ini jadi sorotan.

Semenjak Undang Undang Nomor 3 tahun 2020 tentang Perubahan UU Pertambangan Mineral dan Batubara disahkan, produksi dan ekspor nikel Indonesia naik tajam. Tak berhenti di situ, pemerintah menargetkan 30 smelter baru nikel beroperasi tahun ini, jauh di atas 2023 yakni 13 smelter.

Di balik itu semua, segudang kontroversi membayangi sektor nikel. Dampak lingkungan dan sosial penambangan dan hilirisasi nikel-mulai dari deforestasi, susutnya biodiversitas, pencemaran air dan udara hingga pergeseran ruang hidup masyarakat-kerap menjadi topik pemberitaan. Belum lagi gonjang-ganjing larangan ekspor nikel yang membuat Indonesia digugat ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), hingga ambruknya harga nikel karena pasokan melampaui kebutuhan.

Isu nikel bahkan sempat terpolitisasi dan jadi ajang saling serang selama Pemilu 2024. Presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, jelas menunjukkan niatnya melanjutkan program nikel Jokowi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top