Pakar Psikologi UI: Aktivitas Ibadah Selama Puasa Tingkatkan Kualitas Kesehatan Mental
- Universitas Indonesia (UI)
- Kesehatan Mental
- Tips Ramadan
- Universitas Indonesia
- tips puasa
- Pakar UI
JAKARTA - Pakar Psikologi Klinis Universitas Indonesia (UI) Dini Rahma Bintari mengatakan melalui puasa, seseorang dapat belajar mengelola emosi negatif dan meningkatkan emosi positif, seperti rasa syukur dan kebahagiaan. Menurutnya, dengan menahan lapar, haus, serta emosi negatif, puasa mengajarkan seseorang untuk lebih sabar dan tawakal.

Ket. Pakar Psikologi Klinis Universitas Indonesia (UI) Dini Rahma Bintari
Doc: istimewa
"Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 155, yang menyatakan bahwa cobaan seperti rasa takut dan lapar adalah ujian, namun kabar gembira diberikan kepada orang-orang yang sabar," ujar Dini, dikutip dari laman resmi UI, Rabu (26/3).
Dia menjelaskan, manfaat puasa lainnya bagi kesehatan mental adalah dengan meningkatkan kebiasaan bersedekah dan mengeluarkan zakat. Aktivitas sedekah dan zakat tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga meningkatkan kebahagiaan diri sendiri karena merasa berkontribusi dalam meringankan beban orang lain.
"Selain itu, berbagi juga memperkuat jaring pengaman sosial, mengurangi ketakutan dan kecemasan, serta meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah," jelasnya.
Dini mengungkapkan, puasa juga mengajarkan seseorang untuk menghayati makna hidup dengan lebih baik, yang pada akhirnya meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi ketakutan akan masa depan. Menurutnya, puasa juga dapat menjadi terapi tambahan untuk gangguan mental tertentu, karena melatih empati, manajemen emosi, dan pengendalian hawa nafsu.
Proses menahan diri dari hal-hal yang biasanya mudah dilakukan, seperti makan atau marah, melatih seseorang untuk lebih sabar dan tahan menghadapi tekanan. Hal ini sangat bermanfaat bagi mereka yang mengalami gangguan kecemasan atau depresi, karena puasa mengajarkan cara mengelola emosi dengan lebih baik.
"Sementara itu, meskipun waktu tidur mungkin berkurang selama puasa karena ibadah tarawih dan sahur, hal ini sebenarnya menciptakan keteraturan dalam hidup sesuai sunnatullah," katanya.
Anda mungkin tertarik:
Dia menyebut, rasa lelah dan emosi negatif yang mungkin muncul selama puasa justru menjadi sarana latihan untuk tidak melampiaskan emosi secara berlebihan. Menurutnya, gunakan waktu untuk fokus melakukan hal produktif dan kontributif, seperti ibadah dan membantu sesama.
"Dengan menjalankan puasa secara holistik—baik secara fisik, emosional, maupun spiritual—seseorang tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga merasakan dampak positifnya dalam meningkatkan kualitas kesehatan mental," ucapnya.