Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 22 Jan 2025, 01:00 WIB

Trump Tinggalkan Perjanjian Iklim Paris

Presiden Donald Trump pada hari Senin (20/1), mengumumkan penarikan diri Amerika Serikat (AS) dari perjanjian iklim Paris untuk kedua kalinya

Foto: istimewa

WASHINGTON - Presiden Donald Trump pada hari Senin (20/1), mengumumkan penarikan diri Amerika Serikat (AS) dari perjanjian iklim Paris untuk kedua kalinya, sebuah penolakan tegas terhadap upaya global untuk menanggulangi pemanasan global karena bencana cuaca semakin parah di seluruh dunia.

Dikutip dari Alto Broadcasting System Chronicle Broadcasting Network (ABS CBN), pemimpin dari Partai Republik itu juga mengumumkan "darurat energi nasional" untuk memperluas pengeboran migas. Ia juga mengatakan akan menghapus standar emisi kendaraan yang setara dengan "mandat kendaraan listrik," dan berjanji untuk menghentikan pengembangan ladang angin lepas pantai.

"Saya segera menarik diri dari penipuan Perjanjian Iklim Paris yang tidak adil dan sepihak," ujarya kepada para pendukung yang bersorak di arena olahraga Washington pasca dilantik. 

"AS tidak akan menyabotase industri kami sendiri sementara Tiongkok mencemari lingkungan tanpa sanksi."

Trump juga menandatangani perintah yang menginstruksikan badan-badan federal untuk menolak komitmen pendanaan iklim internasional yang dibuat di bawah pemerintahan sebelumnya, dan mengeluarkan surat resmi kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberitahukan niat Washington untuk meninggalkan perjanjian tersebut.

Berdasarkan aturan perjanjian tersebut, AS akan secara resmi keluar dalam waktu satu tahun.

Para kritikus memperingatkan bahwa langkah tersebut merusak kerja sama global dalam mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan dapat membuat pencemar besar seperti Tiongkok dan India semakin melemahkan komitmen mereka. Sementara itu, Argentina, di bawah Presiden Libertarian Javier Milei, juga mengatakan bahwa pihaknya sedang "mengevaluasi ulang" keikutsertaannya.

"Menarik AS dari Perjanjian Paris adalah sebuah tragedi," kata Rachel Cleetus, dari Union of Concerned Scientists, seraya menambahkan bahwa tindakan tersebut "menunjukkan pemerintahan yang sangat acuh tak acuh terhadap dampak buruk perubahan iklim yang dialami rakyat di AS dan di seluruh dunia."

Langkah ini dilakukan ketika suhu rata-rata global selama dua tahun terakhir melampaui ambang batas pemanasan kritis 1,5 derajat Celsius untuk pertama kalinya, yang menggarisbawahi urgensi tindakan iklim.

Trump sebelumnya menarik AS dari Perjanjian Paris selama masa jabatan pertamanya. Meskipun demikian, perjanjian tersebut -- yang diadopsi pada tahun 2015 oleh 195 pihak untuk mengekang emisi gas rumah kaca yang mendorong perubahan iklim -- tampaknya akan bertahan lama.

"Penarikan diri AS dari Perjanjian Paris sangat disayangkan, tetapi aksi iklim multilateral telah terbukti tangguh dan lebih kuat daripada politik dan kebijakan negara mana pun," kata Laurence Tubiana, arsitek utama kesepakatan tersebut.

1737479893_2be1d6682348158ff02e.jpg

Pujian dan Kemarahan

Tindakan Trump tersebut menuai pujian dari para pemimpin industri energi dan kemarahan langsung dari para penggiat lingkungan.

"Industri minyak dan gas alam AS siap bekerja sama dengan pemerintahan baru untuk memberikan solusi energi yang masuk akal yang diinginkan rakyat Amerika," kata Mike Sommers dari American Petroleum Institute.

Redaktur: Andreas Chaniago

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.