Transisi ke Energi Bersih, RI Diprediksi jadi Pemain Geothermal Terbesar Dunia
Salah satu Wilayah Kerja Panas Bumi
Foto: IstimewaJAKARTA- PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) sedang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Hulu Lais dan Lumut Balai, serta eksplorasi dan pengembangan di Seulawah dan Sungai Penuh.
Hal itu sejalan dengan upaya Pemerintah yang akan mempercepat PLTP di Indonesia. Sampai tahun 2030, Pemerintah akan membangun PLTP dengan kapasitas sebesar 3.355 megawatt (MW) guna memenuhi target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025.
Direktur Panas Bumi, Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Harris dalam webinar bertajuk "Fungsi Komunikasi dalam Tata Kelola Industri Energi Terbarukan di Indonesia" yang diselenggarakan Universitas Telkom, Senin (11/4) mengatakan target tersebut sudahtercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
Target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025 juga merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai karbon netral (Net Zero Emission/NZE) pada 2060 atau lebih cepat dari itu.
Indonesia jelasnya juga sudah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030.
"Transisi menuju energi yang berkelanjutan juga menjadi salah satu dari tiga fokus Presidensi G20 Indonesia," katanya.
Sejumlah langkah dan kebijakan yang akan diambil pemerintah untuk memenuhi target tersebut. Pertama, kata Harris, Pemerintah akan melakukan pengeboran (government drilling) untuk mengurangi risiko para pengembang sekaligus untuk menurunkan harga jual listrik panas bumi.
Sampai 2024, pemerintah akan melakukan pengeboran di 20 wilayah kerja panas bumi untuk rencana pengembangan sebesar 683 MW.
Kedua, pemanfaatan dana Pembiayaan Infrastruktur Sektor Panas Bumi (PISP), dan Geothermal Resources Risk Mitigation (GREM) untuk pendanaan pengembangan panas bumi.
Ketiga, sinergi antar-BUMN. Selama ini, paling tidak ada tiga BUMN yang bergerak di bidang panas bumi, yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang berada di bawah Sub Holding Pertamina New Renewable Energy (PNRE), PT Indonesia Power (anak perusahaan PT PLN), dan PT Geo Dipa, BUMN di bawah Kementerian Keuangan.
Strategi keempat adalah optimalisasi sumber daya di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang sudah berproduksi dengan ekspansi dan efisiensi. Dua di antaranya adalah membangun PLTP Binary di WKP Salak sebesar 15 MW, dan PLTP Binary di WKP Dieng (10 MW). Saat ini, PT PGE juga sedang menyelesaikan PLTP Binary di WKP Lahendong, Sulawesi Utara, dengan kapasitas 0,5 MW.
Sampai akhir 2021, kapasitas terpasang pembangkit panas bumi di Indonesia mencapai 2.276 MW, sebagian besar berada di dalam Wilayah Kerja PT PGE, yakni sebesar 1.877 MW. PT PGE mengelola 13 Wilayah Kerja dengan kapasitas 672 MW yang dioperasikan sendiri, dan 1.205 MW melalui Joint Operation Contract (JOC).
Pemain Terbesar Dunia
Berdasarkan hasil riset Wood Mackenzie, Indonesia diproyeksikan akan menjadi pemain geothermal terbesar di dunia pada 2026.
"Kapasitas terpasang pembangkit pada panas bumi di Indonesia pada 2026 akan mencapai 5.240 MW. Pada tahun itu, Indonesia akan menggeser Amerika dari posisi nomor satu," kata Direktur Utama PT PGE Ahmad Yuniarto Webinar bertajuk "Renewable Energy Invest in Indonesia 2022" yang diselenggarakan CSIS baru-baru ini.
Dalam kesempatan tersebut, Ahmad Yuniarto menambahkan, PT PGE saat ini juga sedang melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan tender Engineering Procurement Construction Commissioning (EPCC) di sejumlah WKP.
Kegiatan eksplorasi dan pengembangan dilakukan di WKP Seulawah (Aceh) dan Sungai Penuh (Jambi), sedangkan tender EPCC di WKP Lumut Balai, Sumatera Selatan (55 MW), dan Hululais, Bengkulu (110 MW).
Lebih lanjut Harris mengatakan selain untuk kelistrikan, panas bumi bisa dimanfaatkan secara langsung untuk berbagai keperluan, di antaranya sektor agrikultur seperti pengolahan teh, pengeringan biji kopi, dan industri gula aren.
"Efisiensi konversi panas bumi yang tinggi, berkisar 80-90 persen merupakan potensi yang sangat baik untuk pemanfaatan secara langsung, termasuk untuk pariwisata," katanya.
PT PGE juga sudah mengembangkan GeoAgro di WKP Kamojang, antara lain untuk sterilisasi Cocopeat, media tanam untuk kentang dan juga jamur. Selain itu, PGE juga sedang menjajaki pembukaan kawasan pariwisata geothermal di WKP Lahendong. Tomohon di mana PLTP Lahendong berlokasi merupakan salah satu tujuan wisata di Sulawesi Utara.
Berbagai pemanfaatan tersebut merupakan komitmen PGE untuk terus mengembangkan panas bumi dan memastikan implementasi Environment, Social, and Governance (ESG) menjadi bagian terintegrasi dari bisnis panas bumi PGE.
Penerapan aspek-aspek ESG itu merupakan upaya dalam memberikan nilai tambah serta dukungan PGE pada program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, khususnya panas bumi.
Komitmen PGE dalam pengembangan energi panas bumi dapat berkontribusi dalam mencapai target pembangunan berkelanjutan goals ketujuh tentang energi bersih dan terjangkau, goals kedelapan mengenai pekerjaan yg layak dan pengembangan ekonomi, dan goals ke-13 mengenai penanganan perubahan iklim sebagaimana dirumuskan pada Sustainable Development Goals (SDGs).
Redaktur: Vitto Budi
Penulis: Vitto Budi
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 3 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 4 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 5 Meluas, KPK Geledah Kantor OJK terkait Penyidikan Dugaan Korupsi CSR BI
Berita Terkini
- Pemerintah Kukuhkan JK Sebagai Ketum, Sekjen PMI Versi Agung Laksono Tolak Surat Jawaban Kemenkum
- Hati Hati, Ada Puluhan Titik Rawan Bencana dan Kecelakaan di Jateng
- Malam Tahun Baru, Ada Pemutaran Film di Museum Bahari
- Kaum Ibu Punya Peran Penting Tangani Stunting
- Trump Tunjuk Produser 'The Apprentice', Mark Burnett, sebagai Utusan Khusus untuk Inggris