Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 21 Des 2024, 01:10 WIB

Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT

Pemerintah Harus Percepat Tambah Kapasitas Pembangkit EBT

Foto: istimewa

JAKARTA – Pengembangan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) dinilai bisa menjadi faktor pendukung dalam memacu dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, pemerintah harus mengambil tindakan untuk bisa mempercepat terjadinya penambahan kapasitas energi hijau yang masih melimpah di Indonesia.

Hal ini menjadi salah satu pandangan yang mengemuka pada diskusi bertajuk Energi Baru & Terbarukan: Pendorong atau Penghambat Pertumbuhan Ekonomi?, yang digelar oleh Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia di Jakarta, kemarin.

“Kehadiran pembangkit EBT sangat diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Pasalnya, energi fosil yang menopang pembangkit di Indonesia tidak akan cukup jika tidak diiringi dengan peningkatan pembangkit EBT,” ujar Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal.

Seperti dikutip dari Antara, Jumat (20/12), Faisal mengatakan berdasarkan perhitungan dengan metode konservatif yang dilakukan CORE Indonesia, ketersediaan bahan bakar fosil ini diprediksi segera habis. Ia menyebut ketersediaan batu bara di Indonesia ini akan habis dalam 28 tahun ke depan. Lalu, minyak bumi dan gas, masing-masing ketersediaannya hanya mampu bertahan hingga 21 tahun serta 19 tahun ke depan saja.

“Sementara jika menggunakan skenario agresif, bahan bakar fosil akan habis sebelum 20 tahun. Kondisi ini tentunya tidak akan mampu dalam menopang kebutuhan energi menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

1734716418_a57694a9e0fbba107114.jpg

Sangat Penting

Faisal menilai pengembangan pembangkit EBT itu menjadi sangat penting buat Indonesia demi mencapai target menjadi negara maju pada 2045. Sayangnya, ia melihat proses transisi energi di Indonesia masih belum banyak memberikan percepatan.

Bauran EBT di Indonesia sejak 2021 sampai dengan sekarang masih berada di kisaran 12–14persen atau masih sangat jauh dari target yang ditetapkan. “Untuk itu, EBT ini perlu dipercepat kalau kita mau mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Sekjen Himpi) sekaligus Tenaga Ahli Menteri ESDM, Anggawira, mengatakan dalam upaya mendorong terwujudnya ketahanan energi memang diperlukan sinergi dari banyak pihak. Kehadiran kedua sumber energi tersebut, kata dia, harusnya bisa saling melengkapi.

“Itu complementary, saling melengkapi. Tidak mungkin energi fosil atau BPM itu tergantikan 100 persen. Mengurangi iya, tapi berkurang juga enggakPowernya oke, tapi kebutuhannya kan bicara minyak ini bukan hanya untuk energy, tapi digunakan juga untuk yang lain-lain,” tutur tenaga ahli Menteri ESDM ini.

Anggawira mengatakan Indonesia ini sungguh beruntung memiliki potensi kandungan panas bumi yang bisa dijadikan salah satu sumber energi terbarukan. Untuk itu, ketika berbicara prioritas, maka perlu memanfaatkan sumber energi panas bumi ini bisa menjadi baseload.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.