Tidak Realistis Harapkan Rupiah Menguat
BATASI IMPOR PANGAN I Pekerja membongkar muat tepung terigu di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, beberapa waktu lalu. Jangan berharap rupiah menguat jika Indonesia tidak mengurangi impor pangan dan barang konsumsi dan memoratorium pembayaran bunga obligasi rekap BLBI.
Sementara itu, ekonom dari STIE YKP Yogyakarta, Aditia Heru Nurmoko mengatakan jangan berharap rupiah menguat jika belanja yang tidak produktif seperti impor barang konsumsi dan pangan serta beban utang yang besar dari pembayaran Obligasi Rekap (OR) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) tidak dihentikan.
"Kalau terus dipaksakan untuk intervensi yang menggerus cadangan devisa, sampai kapan BI bisa bertahan. Selama kita masih impor barang konsumsi dan pangan serta masih bayar bunga Obligasi Rekap BLBI yang bunga berbunga, lalu kita berharap rupiah menguat itu tidak realistis," katanya.
Besarnya impor barang konsumsi dan pangan membuat industri sektor riil terus melemah sehingga pemerintah harus meminta BI membeli obligasi pemerintah.
"BI seharusnya tidak boleh membeli obligasi pemerintah dengan alasan burden sharing karena hal itu sama saja dengan mencetak uang. Ini jelas-jelas yang membuat rupiah melemah. Dan bank yang menerima obligasi rekap harus menahan labanya sebagai kompensasinya, bukan mebagi-bagi dalam bentuk dividen," kata Aditia.
Dalam perdagangan Senin, kurs dollar AS terhadap rupiah berada di posisi 14.962,85. Dalam waktu dekat menurut UOB, dollar AS bisa menembus angka 15.000 rupiah.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya