![Tantangan Karbon Tinggi dalam Pengolahan Nikel Indonesia untuk Kendaraan Listrik](https://koran-jakarta.com/images/article/tantangan-karbon-tinggi-dalam-pengolahan-nikel-indonesia-untuk-kendaraan-listrik-220826142844.jpeg)
Tantangan Karbon Tinggi dalam Pengolahan Nikel Indonesia untuk Kendaraan Listrik
![Tantangan Karbon Tinggi dalam Pengolahan Nikel Indonesia untuk Kendaraan Listrik](https://koran-jakarta.com/images/article/tantangan-karbon-tinggi-dalam-pengolahan-nikel-indonesia-untuk-kendaraan-listrik-220826142844.jpeg)
Indonesia ingin memanfaatkan cadangan nikelnya yang besar saat dunia beralih menuju kendaraan listrik.
JAKARTA - Jejak karbon yang signifikan dari industri pengolahan nikel Indonesia baru-baru ini diselidiki karena negara memanfaatkan pasokan besar dan kuat dari elemen penting untuk pembuatan baterai Kendaraan Listrik (EV) itu, meski pada saat yang sama penggunaan energi terbarukan sedang meningkat.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia dan selama beberapa tahun ke depan diharapkan dapat menyediakan sebagian besar pasokan nikel baru yang dibutuhkan industri kendaraan listrik dunia yang sedang "booming". Proyek pemrosesan nikel sebagian besar dipimpin oleh pemain Tiongkok, termasuk raksasa baja antikarat Tsingshan, dan pembuat baterai Contemporary Amperex Technology (CATL).
Sementara EV membawa harapan untuk mengurangi polusi, menurut peserta Nickel Summit 2022, konferensi industri dua hari yang dimulai Rabu (22/4) di Jakarta, pemrosesan nikel di Indonesia tetap bersifat tinggi karbon.
"Di Indonesia, karbon per kilowatt-jam pembangkit listrik jauh lebih tinggi dari sebagian besar negara di dunia," kata Andrew Digges, mitra Asia di firma hukum global Norton Rose Fulbright.
"Jika kita bandingkan dengan Kanada, Indonesia pada 2030 akan menghasilkan sekitar delapan atau sembilan kali lebih banyak karbon per kilowatt-jam listrik dari Kanada," tuturnya.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Lili Lestari
Komentar
()Muat lainnya