USAID Tarik Dukungan, Badan Migrasi PBB Setop Operasi di Kongo
Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID)
Foto: istimewaMarkas PBB – Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) secara resmi menangguhkan pendanaannya untuk operasi kemanusiaan di Republik Demokratik Kongo (RD Kongo). Keputusan ini berdampak langsung pada berbagai program bantuan, termasuk yang dikelola oleh Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), badan migrasi PBB.
IOM terpaksa menghentikan kegiatan di Kongo bersama banyak mitra lainnya PBB yang terdampak akibat penghentian sementara aktivitas USAID.
"Saya baru saja diberitahu bahwa banyak mitra, termasuk IOM yang merupakan mitra utama kami, harus berhenti bekerja akibat penghentian operasional USAID," ujar Wakil Kepala Misi Stabilisasi PBB di DRC (MONUSCO) Vivian van de Perre pada Rabu (5/2).
Seperti dikutip dari Antara, Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengeluarkan perintah eksekutif yang menangguhkan seluruh bantuan luar negeri selama 90 hari sejak 20 Januari, sebagai bagian dari peninjauan kembali komitmen keuangan AS di luar negeri sesuai dengan kebijakan "America First" yang diusung pemerintahannya.
Pada Senin (3/2), Trump menunjuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio sebagai kepala sementara USAID. Rubio kemudian memberi tahu Kongres AS bahwa sedang dilakukan peninjauan terhadap aktivitas bantuan luar negeri USAID dengan kemungkinan reorganisasi.
Saat ini, situs resmi USAID mencantumkan bahwa seluruh pegawai tetap USAID akan ditempatkan dalam cuti administratif secara global mulai 7 Februari, kecuali mereka yang bertanggung jawab atas "fungsi misi yang krusial, kepemimpinan inti, dan program yang ditunjuk secara khusus."
Miliarder dan pengusaha AS Elon Musk, yang memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan AS (DOGE), sebelumnya menyatakan bahwa Trump telah menyetujui pembubaran USAID.
Musk menyebut badan tersebut sebagai "organisasi kriminal" yang "harus dihapuskan."
Kekerasan Meluas
Saat ini, Republik Demokratik Kongo (RD Kongo) tengah menghadapi situasi keamanan yang memburuk, terutama di wilayah timur negara tersebut. Sekitar 2.900 orang tewas dalam bentrokan hebat antara pemberontak M23 dan pasukan RD Kongo di kota Goma, bagian timur negara itu, menurut seorang pejabat PBB.
“Sejauh ini, 2.000 jenazah telah dikumpulkan dari jalan-jalan Goma dalam beberapa hari terakhir dan 900 jenazah masih berada di kamar mayat rumah sakit Goma," kata Wakil Kepala misi PBB di Kongo, Vivian van de Perre, dalam konferensi video.
Redaktur: Andreas Chaniago
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Kepala Otorita IKN Pastikan Anggaran untuk IKN Tidak Dipangkas, tapi Akan Lapor Menkeu
- 2 Presiden Prabowo Pastikan Pembangunan IKN Akan Terus Berlanjut hingga 2029
- 3 SPMB Harus Lebih Fleksibel daripada PPDB
- 4 Danantara Jadi Katalis Perekonomian Nasional, Asalkan...
- 5 Polemik Pagar Laut, DPR akan Panggil KKP