Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sentimen Miring CEO Raksasa Migas Bisa Abaikan Agenda Iklim untuk Negara Berkembang

Foto : THE Intercept/GI/Sascha Schuermann

Sultan Al Jaber, presiden KTT iklim COP28 dan CEO Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi pada 8 Juni 2023, di Bonn, Jerman.

A   A   A   Pengaturan Font

ADNOC banyak dikritik karena berencana menginvestasikan US$150 miliar (Rp2.315 triliun) untuk perluasan kapasitas minyak dan gasnya pada dekade ini. Saya mafhum dengan keprihatinan ini. Untuk tetap berada dalam batas pemanasan global 1,5°C (berdasarkan Perjanjian Paris) dunia mungkin perlu menghentikan investasi bahan bakar fosil baru, seperti yang didesak oleh Badan Energi Internasional. Dunia juga perlu menonaktifkan sekitar 40% dari cadangan bahan bakar fosil yang sudah dikembangkan.

Namun, saat membahas presidensi COP28, saya juga meyakini ambisi ADNOC harus dilihat dalam konteks global. Rencana ekspansi bahan bakar fosil dari AS, Kanada, Rusia, Iran, Cina, dan Brasil jauh lebih besar dibandingkan UEA. Sebagian besar pembiayaan bahan bakar fosil di seluruh dunia juga berasal dari bank-bank di AS, Kanada, dan Jepang. Sejak 2015, bank-bank Eropa telah menggelontorkan dana jumbo sebesar $1,3 triliun (Rp20,06 ribu triliun) untuk bahan bakar fosil, termasuk $130 miliar (Rp2.006 triliun) pada 2022 saja.

Agenda COP28

Penilaian kami menemukan bahwa, kepemimpinan UEA telah melampaui kepresidenan COP-COP sebelumnya.

Laporan kami menemukan bahwa nilai total proyek energi terbarukan yang direncanakan UEA dengan berbagai mitra pada dekade ini berjumlah lebih dari $300 miliar (Rp4.600 triliun). Analisis kami menemukan bahwa jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan investasi energi ramah lingkungan yang dimobilisasi oleh kepresidenan COP sebelumnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top