Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Sentimen Miring CEO Raksasa Migas Bisa Abaikan Agenda Iklim untuk Negara Berkembang

Foto : THE Intercept/GI/Sascha Schuermann

Sultan Al Jaber, presiden KTT iklim COP28 dan CEO Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi pada 8 Juni 2023, di Bonn, Jerman.

A   A   A   Pengaturan Font

Bagi beberapa negara di kawasan Selatan, tuntutan penghapusan bahan bakar fosil tidak hanya tampak menakutkan, tapi juga mengancam pembangunan ekonomi mereka. Tuntutan ini diserukan banyak kelompok aktivis dan negara-negara peserta COP 28.

Dari puluhan negara penghasil minyak dunia, sekitar separuhnya merupakan negara berkembang berpendapatan menengah dengan perekonomian yang sangat rentan terhadap fluktuasi harga minyak dan gas. Studi menunjukkan bahwa penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara cepat dan tidak dipersiapkan dapat menyebabkan kerugian investasi infrastruktur senilai triliunan dolar AS di negara-negara penghasil minyak.

Namun, pada saat yang sama, banyak negara di Dunia Selatan menghadapi dampak perubahan iklim yang tidak proporsional dengan produksi emisi gas rumah kaca mereka. Dampaknya bermacam-macam, mulai dari peristiwa cuaca ekstrem hingga kenaikan permukaan air laut yang dapat mengancam keberadaan masyarakat mereka.

Al-Jaber menyebut penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap "tidak bisa dihindari" dan "penting". Namun, dia mengatakan sistem energi dan negara-negara Selatan belum siap untuk penghentiannya secara cepat-setidaknya hingga kontribusi energi terbarukan meningkat.

COP 28, karena itu, harus berfokus pada adaptasi. Pandangan tersebut, meskipun didukung oleh beberapa negara di Dunia Selatan, telah menuai kritik tajam.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top