Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 28 Des 2017, 01:00 WIB

Sektor Ritel Masih Prospektif

Foto:

Emiten ritel pada tahun depan memiliki tantangan dari sistem dalam jaringan (online) yang kian massif.

JAKARTA - Kinerja emiten sektor ritel pada tahun depan masih prospektif meski persaingan dalam bisnis tersebut semakin ketat. Beberapa perusahaan kemungkinan melakukan efisiensi dan beralih ke bisnis lain yang menguntungkan.

Analis Pasardana, Beben Feri Wibowo, mengatakan prospek sektor ritel pada tahun depan masih netral karena permintaan juga masih ada. Hal ini sesuai dengan data Bank Indonesia (BI) yang menyebutkan Indeks Penjualan Riil (IPR) per Oktober 2017 masih bisa tumbuh 2,2 persen (month on month/mom) menjadi 202,3 dan Indeks Keyakinan Konsumen per November 2017 naik menjadi 122,1 dari bulan sebelumnya 120,7.

Diungkapkan Beben, emiten ritel seperti PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI), dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) memiliki tantangan dari sistem dalam jaringan (online). "Ketatnya persaingan tersebut membuat emiten ritel harus menerapkan strategi, seperti salah satunya melakukan efisiensi atau menekan biaya bisnis," ungkap dia kepada Koran Jakarta, kemarin.

Untuk itu, potensi terjadinya penutupan gerai tak terhindarkan. Sebab, keputusan strategis ini bertujuan untuk efisiensi agar kinerja keuangan emiten tetap terjaga. "Strategi efisiensi membuka peluangan kinerja keuangan emiten terjaga. Seperti saat ini per kuartal ketiga 2017, RALS, LPPF dan MAPI masih bisa membukukan laba bersih meski RALS dan LPPF stagnan, tetapi MAPI mencatatkan pertumbuhan laba bersih mencapai di atas 100 persen," tutup Beben.

Dihubungi terpisah, analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, menuturkan prospek sektor ritel modern di tahun depan akan beragam karena pada 2018 merupakan masa krusial dengan adanya pilkada terbesar dalam sejarah bangsa akan dilaksanakan. Namun, selama pemerintah mampu menjaga stabilitas politik dan keamanan, maka secara otomatis akan memberikan rasa aman bagi masyarakat sebagai konsumen, maupun para pelaku investor yang akan menanamkan investasi mereka. "Yang terpenting adalah seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018, yang ditargetkan sebesar 5,4 persen berdasarkan APBN 2018, maka sektor ritel ini diproyeksikan masih akan tumbuh," ujar dia.

Pola Hidup

Nafan menilai kendala yang dihadapi sektor riil biasanya terkait dengan perubahan pola hidup masyarakat, seperti meninggalkan kebiasaan berbelanja dan beralih kepada peningkatan tabungan (savings). Untuk itu, antisipasi emiten tentang perubahan gaya hidup ini adalah merangsang masyarakat meningkatkan daya beli. "Hal yang bisa dilakukan adalah memberikan sebuah pengalaman belanja yang menyenangkan agar menarik perhatian masyarakat untuk berbelanja," katanya.

Nafan mencontohkan emiten berkode saham LPPF yang menggandeng Disney untuk menarik perhatian masyarakat. Diharapkan tahun depan kinerja LPPF akan lebih baik karena menjual produk-produk Disney.

Selanjutnya, RALS telah meluncurkan sebuah konsep baru bernama Ramayana Prime dalam rangka memberikan pengalaman baru berbelanja bagi para pelanggan premium. Gerai pertama berlokasi di City Plaza, Jatinegara. Setelah itu pastinya RALS akan melakukan ekspansi dengan menambahkan gerai Ramayana Prime tersebut. Kendati demikian, Nafan belum bisa memproyeksikan kinerja emiten di sektor tersebut.

Analis Bahana Sekuritas, Michael Setjoadi, memaparkan sebelum mengakhiri tahun ini gejala penguatan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah ke bawah semakin terlihat jelas. Kebijakan moneter yang telah dimulai sejak tahun ini dan kebijakan pemerintah untuk tahun mendatang akan mampu menopang penguatan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya bakal berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi. yni/AR-2

Penulis: Yuni Rahmi

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.