RI Hadapi Tantangan Pengembangan Energi Ramah Lingkungan
Pengembangan Energi Ramah Lingkungan
Foto: antara/rivan awan linggaJAKARTA – Indonesia masih menghadapi tantangan berupa pengembangan energi yang ramah lingkungan agar sejalan dengan visi nol emisi karbon (Net Zero Emissions/NZE) sesuai Perjanjian Paris yang ditargetkan terwujud pada tahun 2060.
“Guna menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah menerapkan beberapa strategi yakni efisiensi energi, optimalisasi elektrifikasi melalui penggunaan kendaraan listrik, dan penerapan di sektor agrikultur,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, di Jakarta, Senin (4/11).
Seperti dikutip dari Antara, menetapkan moratorium Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batu Bara (PLTU) agar dihentikan secara bertahap, penggunaan energi terbarukan (renewable energy) yang memiliki potensi hingga 3.687 gigawatt, serta pengembangan energi baru seperti nuklir, hidrogen, dan amonia.
Selain itu, Eniya mengatakan pada masa pemerintahan baru Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, pemerintah berfokus pada pengembangan investasi transmisi dan infrastruktur energi terbarukan, serta optimalisasi efisiensi energi.
"Kita bisa mendapatkan 32 persen reduksi emisi hanya dengan menggunakan efisiensi energi," katanya.
Swasembada Energi
Adapun swasembada energi menjadi salah satu topik yang ditekankan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam pidato perdananya di hadapan parlemen setelah dilantik sebagai Presiden.
Presiden Prabowo mempunyai kekhawatiran, ketegangan geopolitik dan perang yang bisa terjadi kapan saja dapat mengancam pasokan energi Indonesia sehingga Indonesia harus bisa memenuhi kebutuhan energinya sendiri.
Selain itu, Eniya mengatakan Kementerian ESDM menyatakan ketahanan energi Indonesia masuk dalam kategori tangguh (ressilience). Kategori tersebut dinilai dari empat parameter, yakni ketersediaan (availability), kemudahan akses (accessibility), keterjangkauan (affordability), dan ramah lingkungan (acceptability).
"Dalam empat parameter ketahanan energi, kita berbicara soal ketersediaan, kemudahan akses, keterjangkauan, serta dapat diterima lingkungan, kita ada pada kategori yang tangguh," kata Eniya.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hati Hati, Banyak Pengguna yang Sebarkan Konten Berbahaya di Medsos
- 2 Lulus Semua, 68 Penerbang AL Tuntaskan Kursus Peningkatan Profesi Selama Setahun
- 3 Ayo Terbitkan Perppu untuk Anulir PPN 12 Persen Akan Tunjukkan Keberpihakan Presiden ke Rakyat
- 4 Pemerintah Jamin Stok Pangan Aman dengan Harga Terkendali Jelang Nataru
- 5 Cegah Pencurian, Polres Jakbar Masih Tampung Kendaraan Bagi Warga yang Pulang Kampung
Berita Terkini
- Libur Hari Natal, ASDP Catat 44.800 orang Tinggalkan Jawa menuju Sumatera
- Tingkatkan TKDN Laptop Nasional, Zyrex Gandeng UGM dan Xacti
- Tim SAR evakuasi enam pendaki tersesat di Gunung Ponteoa
- Menhut: Pendakian Semeru dibuka hanya sampai Ranu Kumbolo
- BMKG Imbau untuk Waspadai Gelombang Tinggi saat Libur Natal di Pantai Kalsel