Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 25 Feb 2025, 10:14 WIB

RI Bakal Alami Kerentanan Pangan Jika Kebergantungan Impor Bawang Putih Tak Dikurangi

Pengamat Pertanian dari Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi, Universitas Warmadewa (Unwar), Denpasar, Bali I Nengah Muliarta

Foto: istimewa

JAKARTA-Pengamat Pertanian dari Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi, Universitas Warmadewa (Unwar), Denpasar, Bali I Nengah Muliarta mengatakan, kebergantungan Indonesia pada impor bawang putih menjadi sorotan yang semakin mendesak. Meskipun upaya memperkuat produksi dalam negeri telah dilakukan, kenyataannya masih jauh dari optimal. 

"Rencana Kemendag untuk mengimpor 21 ribu ton bawang putih pada Maret 2025 dan 14.600 ton pada April 2025 mencerminkan ketidakmampuan kita untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik secara mandiri,"tegas Muliarta pada Koran Jakarta, Senin (25/2).

Masalah ini ujarnya berakar dari berbagai faktor. Pertama, ketersediaan dan kualitas bawang putih lokal sering kali tidak dapat bersaing dengan produk impor. "Banyak petani kita yang masih menggunakan teknologi dan praktik pertanian tradisional, yang mengakibatkan hasil panen yang tidak maksimal,"paparnya

Selain itu, kurangnya akses terhadap bibit unggul dan pelatihan dalam teknik budidaya modern menambah tantangan yang dihadapi.

Kebergantungan pada impor tidak hanya berdampak pada petani, tetapi juga pada stabilitas harga di pasar. Ketika harga bawang putih impor lebih murah, petani lokal terpaksa menjual produk mereka dengan harga yang lebih rendah, yang pada gilirannya mengancam keberlangsungan hidup mereka. Selain itu, kebergantungan ini memunculkan risiko keamanan pangan. 

Dalam situasi global yang tidak menentu, seperti krisis kesehatan atau konflik internasional terangnya, pasokan bawang putih bisa terhambat, dan ini bisa berakibat serius bagi ketersediaan pangan dalam negeri.

Untuk mengatasi isu ini, kita perlu melakukan investasi yang serius dalam teknologi pertanian dan memberikan pelatihan bagi petani. "Pemerintah juga harus mendukung kebijakan yang mendorong produksi lokal, termasuk memberi subsidi dan akses ke pasar yang lebih baik,"ucap Muliarta.

Selain itu, penelitian untuk mengembangkan varietas bawang putih yang sesuai dengan kondisi iklim lokal sangat penting. Dalam konteks ini, ketergantungan pada impor bawang putih seharusnya menjadi sinyal bagi kita untuk berbenah.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, petani, dan sektor swasta, kita dapat membangun kapasitas produksi dalam negeri yang lebih kuat, sehingga ketergantungan ini dapat berkurang. "Langkah-langkah ini tidak hanya akan meningkatkan kemandirian pangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan,"pungkas Muliarta.

Sebagaimana diketahui, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut pada Maret 2025 akan masuk impor bawang putih sebesar 21 ribu ton, dan April 2025 sebesar 14.600 ton. "Rencananya pada Maret ini akan masuk 21 ribu ton dan bulan April 14.600 ton. Ini berdasarkan informasi dari direktorat terkait (Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri), terkait dengan PI yang dimiliki pengusaha," ujar Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Pengamanan Pasar Tommy Andana dalam Rapat Inflasi Daerah secara daring di Jakarta, Senin,(24/2).

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.