Perubahan Skema Subsidi Harus Sasar Kelompok Rentan
SYARAT BARU | Petugas menata tabung elpji 3 kilogram bersubsidi di salah satu pangkalan di Kota Karang, Bandar Lampung, Lampung, Jumat (7/6). PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Patra Niaga mulai 1 Juni 2024 memberlakukan persyaratan pembelian gas
Foto: ANTARA/ArdiansyahJAKARTA – Rencana pemerintah mengganti subsidi energi dengan bantuan langsung tunai (BLT) perlu dipikirkan secara matang. Sebab, kebijakan itu bisa menciptakan kemiskinan baru bagi kelompok rentan yang tidak menjadi sasaran bantuan.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira, mengatakan subsidi energi diganti ke BLT di satu sisi bisa hemat impor bahan bakar minyak sekaligus memangkas cukup signifikan anggaran subsidi BBM. Skema ini juga memaksa masyarakat menggunakan transportasi umum dan mempercepat transisi energi.
Namun, lanjut Bhima, perlu diperhatikan fakta bahwa penerima BLT dan pengguna BBM subsidi tak semua masuk dalam kategori miskin. "Jika mekanismenya mau diubah maka BLT perlu menyasar masyarakat rentan miskin dan aspiring middle class juga. Sebab, aspiring middle class atau orang yang sedang menuju kelas menengah mencapai 137,5 juta orang atau hampir 50 persen populasi," ucap Bhima.
Menurut Bhima, BLT cuma menyasar ke orang miskin, sementara kelas menengah rentan bisa jatuh miskin akibat penghapusan subsidi BBM karena sebelumnya tidak masuk kategori miskin.
Bhima khawatir jangkauan BLT sebagai kompensasi subsidi BBM terbatas, maka akan terjadi pelemahan daya beli yang cukup signifikan. Inflasinya bisa naik karena yang pakai BBM subsidi faktanya juga pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
"Perlu dikaji implikasi ke naiknya beban biaya operasional pelaku usaha kecil dan mikro. Jika tidak hati-hati, khawatir konsumsi rumah tangga bisa tumbuh di bawah 4 persen year on year tahun depan," ucap Bhima.
Adapun Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan pemerintah masih terus mengevaluasi secara mendalam kebijakan atas penyaluran subsidi BBM, liquefied petroleum gas (LPG) 3 kilogram, dan listrik untuk memastikan subsidi tersebut tepat sasaran.
Adapun salah satu opsi dari metode pemberian subsidi adalah dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT). "Saya pikir BLT salah satu opsi dan akan diputuskan nanti pada hari yang tepat, opsinya saya pikir lebih mengerucut ke sana," jelas Bahlil.
Pergantian Direksi
Selain membahas BLT, Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudisthira, juga menyoroti pergantian Direktur Utama Pertamina, BUMN energi yang selama ini menjalankan penugasan subsidi BBM dan LPG.
Diakui Bhima, penunjukan Dirut dan komut Pertamina lebih kental unsur politisnya. Namun menurutnya, di satu sisi kebijakan pemerintah seperti pengurangan subsidi BBM bisa lebih cepat dieksekusi karena koordinasi langsung bahkan dengan Prabowo.
Adapun Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Senin (4/11) melakukan perubahan susunan pimpinan PT Pertamina (Persero) melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Perubahan tersebut yaitu terkait pengangkatan Direktur Utama dan Dewan Komisaris yang akan memimpin Pertamina di masa mendatang.
Berita Trending
- 1 Menag Laporkan Penerimaan Gratifikasi ke KPK
- 2 Dua Petugas Pemilu di Jatim Meninggal Dunia, Tujuh Orang Sakit
- 3 Calon Wakil Wali Kota Armuji Sebut Warga Surabaya Cerdas Gunakan Hak Pilih
- 4 Cuaca Hari Ini, Wilayah Indonesia Umumnya Diguyur Hujan
- 5 KAI Ungkap 35.485 Tiket Kereta Jarak Jauh Terjual Keberangkatan Hari Pilkada
Berita Terkini
- Tiongkok: Ancaman Tarif Impor Trump Tak Selesaikan Masalah
- Kepastian Pemenang Menunggu Rekapitulasi Manual Berjenjang
- Kewenangan Penyuluh Pertanian Ditarik ke Pusat
- PBB Salurkan Bantuan pada Hari Pertama Gencatan Senjata di Lebanon
- Jenderal Kellogg Jadi Utusan Khusus Trump untuk Konflik Russia-Ukraina