Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 02 Jan 2025, 00:00 WIB

Tantangan Global Masih Besar, Indonesia Perlu Lakukan Ini

proyeksi pertumbuhan I Warga memilih produk saat belanja di salah satu industri ritel di Cinunuk, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/1).

Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi

JAKARTA – Potensi ekonomi di dalam negeri sangat besar untuk menopang kinerja perekonomian tahun ini di tengah tantangan besar eksternal. Karenanya, Indonesia harus fokus mengembangkan pasar domestik, sekalipun nanti perekonomian global dibayangi ketidakpastian akibat sengketa dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Aviliani melihat meskipun ada tantangan dari eksternal, potensi ekonomi domestik sangat besar. Kalau pun nanti ada kebijakan di AS dan Tiongkok terkait perdagangan, lanjutnya, maka Indonesia harus fokus pada pasar domestik yang sebenarnya bisa dikembangkan. Aviliani menilai ke depan suku bunga diperkirakan masih menjadi tantangan karena walaupun turun hanya akan mencapai 50 basis poin. Menurutnya, rupiah akan tergerus karena insentif yang diberikan oleh eksternal yaitu AS dan Tiongkok bisa membuat capital outflow (arus modal keluar).

“Tantangan ke depan ini masih akan terjadi bunga tinggi. Karena itu, pengusaha harus pandai- pandai kalau bunga tinggi apa yang harus dilakukan? Apakah dia melunasi utang? Apakah dia bisa IPO (initial public offering)? Ini adalah sebuah challenge (tantangan) buat pengusaha,” jelas Avi dalam seminar darin, beberapa waktu lalu. Selain suku bunga, lanjutnya, tantangan lainnya adalah nilai tukar yang diprediksi masih akan berfluktuasi cukup tinggi dengan kisaran 16.000- 16.500 rupiah per dollar AS.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena akan berdampak pada inflasi. Aviliani berharap program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan kebutuhan suplai pangan yang tinggi tidak membuat inflasi naik. Mengenai potensi masuknya investasi sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi 8 persen sesuai dengan Astacita Pemerintahan Prabowo, Avi melihat sektor pertambangan sangat potensial. Selain sektor pertambangan, Avi juga menyebutkan potensi di sektor transportasi dan sektor keuangan.

 “Sekarang kan ada dari Vietnam masuk di (sektor transportasi) taksi ya. Sebenarnya ada taksi dari Vietnam itu cukup banyak jumlahnya. Jadi mereka masih melihat sektor-sektor jasa juga menarik buat mereka karena potensi market di Indonesia itu masih sangat besar,” jelasnya.

Seperti diketahui, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional dalam APBN 2025 sebesar 5,2 persen atau sama dengan target pada 2024. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2025 di kisaran 4,8-5,6 persen dengan didukung oleh konsumsi swasta, investasi, dan kinerja ekspor yang cukup baik.

Target pemerintah tersebut sejalan dengan proyeksi dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Dalam OECD Economic Surveys, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 masih akan ditopang konsumsi yang kuat. Namun, angka tersebut di bawah proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di level 5,1 persen.

Sektor Penggerak

Sementara itu, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 5 persen. Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M Rizal Taufikurahman, menyampaikan, meskipun pertumbuhan ekonomi 2025 penuh dengan tantangan, baik dari faktor global maupun domestik.

Namun, beberapa sektor diperkirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Di antaranya, sektor digital dan teknologi informasi, yang terus berkembang dengan pesat, terutama melalui peningkatan e-commerce dan platform digital.

Redaktur: Muchamad Ismail

Penulis: Antara, Muchamad Ismail

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.