Perkuat Dana Pendidikan bagi Generasi Muda di Dunia
Foto: istimewaPetisi dari para aktivis muda yang telah memperoleh dukungan dari 1,5 juta tandatangan untuk penggalangan dana bidang pendidikan, boleh dibilang terbesar dalam sejarah.
Indonesia telah mencatat perkembangan yang signifikan dalam meningkatkan akses pendidikan tetapi sayangnya masih banyak anak kurang beruntung yang belum mendapatkan akses pendidikan maupun menikmati kualitas pendidikan layak.
Belum lama ini perwakilan generasi muda dari Nepal, Kenya dan Sierra Leone membawa petisi internasional ke hadapan Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres, President of the Inter American Development Bank, Luis Moreno serta Vice President dari Bank Dunia untuk Pembangunan Manusia, Annette Dixon di New York, di mana petisi itu didukung oleh lebih dari 1,5 juta orang yang menginginkan perubahan dan adanya tindakan dalam dunia pendidikan.
Pada pertemuan dengan para perwakilan generasi muda itu, Antonio mengatakan dalam dunia yang bergerak cepat ini, dekade yang akan datang sekitar satu juta anak muda akan memasuki angkatan kerja.
"Mereka semua memerlukan pendidikan sehingga mereka mampu membangun dunia yang damai, makmur, berdaulat dan memberikan kesempatan bagi semua orang. Itu sebabnya, usulan program baru International Finance Facility for Education (IFFEd) sangatlah penting," ungkapnya, dikutip dari keterangan resminya yang diterima Koran Jakarta.
Petisi ini dikumpulkan oleh sejumlah generasi muda yang bekerja dalam sejumlah organisasi, termasuk jaringan Theirworld dari 900 Global Youth Ambassadors yang ada di 90 negara, Bangladesh Rural Advancement Committee (BRAC) di Bangladesh, dan Idara e Taleem o Aagahi di Pakistan, dan hanya berisikan pesan singkat namun menyentuh, yang bertuliskan 'Kami membutuhkan lebih banyak dana untuk pendidikan agar kita semua dapat mengembangkan potensi secara optimal'.
Melalui pesan itu, para generasi muda dunia ini menyerukan kepada pemimpin dunia untuk segera meluncurkan paket pendanaan internasional terbaru IFFEd yang digadang-gadang mampu menyediakan dana sebesar 10 juta dolar AS untuk bidang pendidikan secara global yang ditujukan bagi para penduduk muda yang termajinalkan di seluruh dunia.
Cakupan dana itu juga akan mengarah ke Indonesia, karena hampir sebanyak lima juta anak di Tanah Air ini sebagian besar berasal dari daerah terpencil yang belum berkembang. Kondisi itu membuat kesempatan anak bersekolah ataupun memperoleh pendidikan layak belum terpenuhi seutuhnya. Itu artinya keterbatasan ini akan menjadi ancaman generasi muda, karena di era globalisasi yang pesat ini mereka tidak terbekali dengan keterampilan memadai.
Hal itu juga kian mengkhawatirkan karena diprediksi akan ada lebih dari 400 juta anak perempuan di seluruh dunia tidak memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh pekerjaan pada 2030. The International Commisison on Financing Global Education Opportunity (The Education Commission) bahkan menegaskan mulai 2030, akan ada lebih dari separuh anak-anak dan generasi muda di seluruh dunia, atau sekitar 800 juta orang tidak memiliki keterampilan dasar yang diperlukan untuk memasuki angkatan kerja modern.
Menurut data terbaru, menjelang 2100, seluruh negara baru akan dapat mencapai target ke 4 dari Sustainable Development Goals (SDG 4) yaitu terpenuhinya pendidikan dasar dan sekunder.ima/R-1
Akses Pendidikan Sulit
Dalam sebuah keterangan Gordon Brown, utusan khusus PBB menuturkan di balik data itu tentu menjadi kabar memilukan bagi dunia. "Bisa dibayangkan wajah-wajah generasi kita sangat memilukan. Di Indonesia, 85 persen anak perempuan terpaksa putus sekolah. Sebagian dari mereka terpaksa memasuki ikatan pernikahan, tanpa harapan untuk meneruskan sekolah atau membangun masa depan lebih baik bagi keluarga mereka," terang Gordon.
IFFEd pun kabarnya akan menggelar kerja sama dengan sejumlah negara untuk bersama-sama mengumpulkan pendanaan pendidikan yang terbesar dalam sejarah dan memberdayakan generasi berikutnya untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal.
Tanpa perhatian dan dukungan internasional tentu pemenuhan biaya pendidikan akan sangat sulit, dan tak dipungkiri pula pemenuhan pendidikan merupakan tugas yang tidak mudah bagi negara yang sedang menghadapi berbagai kebutuhan dan tantangan.
Dukungan internasional telah menurun dari 13 persen dari bantuan keseluruhan, hingga menjadi hanya 10 persen. Seluruh bantuan pendidikan bagi seluruh negara-negara berkembang hanya sejumlah 10 dolar AS per anak, jumlah yang sedikit yang tidak cukup untuk membeli buku-buku pelajaran bekas, apalagi untuk pendidikan yang berkualitas. Melalui IFFEd diharapkan dapat membantu negara-negara seperti Indonesia dalam menjembatani kesenjangan antara pendanaan pendidikan dan kebutuhan untuk memberikan kesempatan bagi setiap anak untuk memperoleh pendidikan.
"IFFEd juga dapat membantu mengakhiri pekerja anak, perkawinan dini, dan perdagangan anak dengan menawarkan pendidikan universal gratis di negara-negara berkembang," ungkap Brown.
Ia mengatakan, saat ini, ia telah berhubungan dengan perwakilan dari 20 negara. Ia berharap mereka dapat mendukung rencana dana pendidikan tersebut. Brown juga mengaku telah meminta negara-negara donor untuk bertindak sebagai penjamin pada pinjaman berbiaya murah untuk proyek-proyek pendidikan.
Gerakan ini mengingatkan pada upaya-upaya inovatif dan kolaboratif negara-negara secara global sekitar 15 tahun lalu, di mana saat itu kolaborasi negara-negara menghasilkan kemampuan dan terobosan baru dalam bidang kesehatan dan telah menyelamatkan jutaan jiwa.
Kini melalui gerakan pendidikan dunia ini, diharapkan kisah sukses serupa kembali tercapai. Selain meningkatkan kualitas SDM, pendidikan secara universal tentunya juga akan membantu peningkatan GDP per kapita di negara-negara berpenghasilan rendah hingga 70 persen pada 2050. ima/R-1
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 KPU: Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih Jakarta pada Kamis
- 2 Hari Kamis KPU tetapkan Gubernur
- 3 Perluas Akses Permodalan, Pemerintah Siapkan Pendanaan Rp20 Triliun untuk UMKM hingga Pekerja Migran
- 4 Panglima TNI Mutasi 101 Perwira Tinggi, Kepala BSSN dan Basarnas Juga Diganti
- 5 Marselino Ditemani Ole Romeny di Oxford United