Pemkab Bekasi Sukses Kendalikan Harga
Pedagang bumbu dapur di Pasar Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat sedang menunggu pembeli.
Foto: ANTARA/Pradita Kurniawan SyahJAKARTA – Berdasarkan hasil pengukuran selama dua pekan terakhir, Indeks Perkembangan Harga (IPH) Kabupaten Bekasi berada dalam batas normal 0,74. “Angka ini menunjukkan permintaan barang sebanding dengan ketersediaan, sehingga perekonomian terpantau aman dan terkendali,” jelas Kepala Bidang Pengendalian Barang Pokok dan Penting Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Helmi Yenti, Senin (4/11).
Helmimenyatakan, Kabupaten Bekasi akan dinyatakan inflasi jika IPH mencapai +3. Sedangkan deflasi signifikan terjadi jika angkanya turun di bawah -3. “Indeks saat ini 0,74. Ini berarti barang masuk dan permintaan seimbang. Daya beli masyarakat bagus, barang tersedia juga cukup,” tandas Helmi.
Dia menuturkan, IPH Kabupaten Bekasi dihitung berdasarkan harga 22 komoditas bahan pokok yang juga dipantau Badan Pusat Statistik (BPS).
Beberapa komoditas yang berperan besar dalam menentukan inflasi antara lain beras, bawang, cabai rawit, dan minyak goring. Ada juga jenis-jenis sigaret, sewa rumah dan transportasi udara.
“Ada 22 komoditas yang harus kita laporkan ke Kemendagri,” tambah Helmi. Nanti BPS mengolah laporan tersebut menjadi IPH. Nah standar aman berada dalam rentang 2,5 atau -1 hingga +1. Ini untuk data nasional.
Kalau sudah +3 berarti sudah perlu atensi karena sangat tinggi. Artinya bakal terjadi gejolak harga dan kelangkaan barang. Sedangkan kalau mencapai -3 berarti sudah deflasi.
Bawang dan Minyak
Dia mengaku berdasarkan rapat koordinasi bersama Kemendagri berkaitan potensi kenaikan harga, terdapat dua komoditas di Kabupaten Bekasi yang perlu dikendalikan lebih lanjut. Keduanya, adalah bawang dan minyak goreng.
Harga minyak goreng sekarang 17.833 per kilogram. Sedangkan harga bawang 38.875 per kilogram. “Ini sudah di atas harga eceran tertinggi,” tukas Helmi.
Menurutnya, kebijakan pengendalian harga minyak goreng bergantung pada distribusi bahan baku minyak curah yang diatur Kementerian Perdagangan. Helmi telah memasok pasar dengan merek dagang Fitri dan Rizki. Keduanya, relatif masih terjangkau untuk mengimbangi tingginya harga minyak goreng.
Sedangkan harga bawang yang bergantung pada impor tetap terkendali, meskipun ada pengaruh dari kondisi cuaca serta politik global. “Harga bawang masih tergolong terkendali di Kabupaten Bekasi karena belum terlalu jauh dari HET,” ujarnya.
Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru ini juga fokus untuk mengendalikan harga untuk lima komoditas utama. Kelimanya adalah telur ayam, ayam potong, daging sapi, minyak goreng, dan tepung.
Helmi memprediksi lonjakan permintaan akan terjadi mulai pekan pertama Desember hingga awal Januari. Maka, stok barang dan harga harus dipastikan tetap stabil. “Puncak kenaikan permintaan biasanya terjadi dari pekan pertama Desember hingga pekan pertama Januari,” tambah Helmi.
Di Kabupaten Bekasi, selama stok tersedia, masyarakat tak perlu khawatir. Pemkab akan mampu memenuhi kebutuhan mereka, tanpa kendala berarti. wid/Ant/G-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik