Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Pemimpin Toxic Bawa Pengaruh Buruk di Tempat Kerja, Bagaimana Menghadapinya?

Foto : linkedin/shutterstock

Ilustrasi - Pemimpin yang bersifat toksik dapat timbul dari berbagai alasan.

A   A   A   Pengaturan Font

Sifat narsis dan mengagungkan diri sendiri sering membutakan pemimpin toksik dari dampak buruk dari perbuatannya kepada anggota organisasi. Alih-alih berefleksi diri, seorang pemimpin yang toksik akan selalu menyalahkan kolega, anak buah, atasan atau sistem atas kegagalannya dalam memimpin organisasi tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa banyak dampak negatif dari sebuah kepemimpinan toksik, di antaranya adalah menurunnya semangat kerja anak buah, menimbulkan stres anggota organisasi, menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan penuh persaingan beracun, tingginya perputaran pegawai dan pengunduran diri, serta hancurnya organisasi.

Menghadapi pemimpin toksik

Berada di bawah kepemimpinan toksik menjadikan anak buah sering merasa tidak berdaya, terutama jika ada ketimpangan kuasa yang tinggi, misalnya perbedaan gender, usia, abilitas/disabilitas, dan kelas sosial. Sebab, pemimpin toksik cenderung bersifat menekan, sehingga anak buah sering tidak berani mengungkapkan pengalamannya kepada kolega mereka karena takut dianggap membantah atasan, menjadi bahan gosip, dan justru semakin menjadi bulan-bulanan pemimpin yang toksik.

Terlebih lagi, pemimpin toksik biasanya mengelilingi dirinya dengan anak buah yang memiliki karakter serupa atau mereka yang mendukung tindakan-tindakannya tanpa mempertanyakan sisi etis dari perbuatannya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top