Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 11 Des 2024, 20:12 WIB

Pemenang Nobel Perdamaian Serukan Dunia Bebas Senjata Nuklir

Upacara penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian di Balai Kota Oslo, Norwegia, pada hari Selasa (10/12).

Foto: Istimewa

OSLO - Kelompok penyintas bom atom Jepang, Nihon Hidankyo, penerima Hadiah Nobel Perdamaian pada hari Selasa (10/12), mendesak negara-negara untuk menghapuskan senjata yang muncul kembali sebagai ancaman 80 tahun setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki.

Salah satu dari tiga ketua bersama Nihon Hidankyo yang menerima hadiah tersebut, Terumi Tanaka, penyintas Nagasaki berusia 92 tahun, menuntut "tindakan dari pemerintah untuk mencapai" dunia yang bebas nuklir.

Dikutip dari Gulf Today, penghargaan tersebut diserahkan pada upacara resmi di Balai Kota Oslo pada saat negara-negara seperti Russia, yang memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia,  semakin mengibarkan ancaman atom.

"Saya sangat sedih dan marah karena 'tabu nuklir' terancam dipatahkan," kata Tanaka kepada para pejabat tinggi dan tamu yang hadir, sebagian mengenakan bunad tradisional Norwegia atau kimono Jepang.

Presiden Russia, Vladimir Putin, telah berulang kali melontarkan ancaman nuklir dalam upaya untuk menghalangi Barat dan menang dalam perang di Ukraina, dan menandatangani dekrit pada pertengahan November yang menurunkan ambang batas penggunaan senjata atom.

Dalam serangan terhadap kota Dnipro di Ukraina beberapa hari kemudian, tentara Russia secara demonstratif menembakkan rudal hipersonik baru yang mampu membawa hulu ledak nuklir, meskipun dalam contoh ini rudal tersebut menembakkan muatan biasa.

Nihon Hidankyo bekerja tanpa lelah untuk membersihkan planet ini dari senjata pemusnah massal, mengandalkan kesaksian dari para penyintas Hiroshima dan Nagasaki, yang dikenal sebagai "hibakusha".

Pengeboman AS terhadap dua kota Jepang pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 menewaskan 214.000 orang, yang menyebabkan Jepang menyerah dan berakhirnya Perang Dunia II.

Tanaka berusia 13 tahun saat Nagasaki dibom, pusat ledakan hanya tiga kilometer (1,8 mil) di sebelah barat rumahnya. Lima anggota keluarganya tewas.

Dia sedang membaca buku di lantai atas ketika bom atom dijatuhkan. "Saya mendengar ledakan itu dan tiba-tiba melihat cahaya putih terang, yang mengelilingi segalanya dan semuanya menjadi sunyi. Saya benar-benar terkejut. Saya merasa nyawa saya terancam," kenangnya.

Terburu-buru ke lantai dasar, ia kehilangan kesadaran ketika dua pintu kaca, yang pecah akibat ledakan, jatuh menimpanya, meskipun kacanya tidak pecah.

Tiga hari kemudian, ia dan ibunya pergi mencari kerabat mereka. Saat itulah mereka menyadari besarnya bencana.

"Ketika kami mencapai punggung bukit, kami dapat melihat ke bawah ke seluruh kota dan saat itulah, untuk pertama kalinya, kami melihat bahwa tidak ada yang tersisa sama sekali. Semuanya hitam dan hangus."

Ia melihat orang-orang yang terluka parah melarikan diri dari kota, mayat-mayat terbakar di kedua sisi jalan. Ia dan ibunya mengkremasi tubuh bibinya "dengan tangan kami sendiri. Saya mati rasa, tidak bisa merasakan apa pun,".

Jumlah anggota Nihon Hidankyo terus menyusut setiap tahunnya. Pemerintah Jepang mencatat sekitar 106.800 "hibakusha" yang masih hidup saat ini. Usia rata-rata mereka adalah 85 tahun.

Bagi Barat, ancaman nuklir juga datang dari Korea Utara, yang telah meningkatkan uji coba rudal balistiknya, dan Iran, yang diduga mengembangkan senjata nuklir meskipun membantahnya.

Sembilan negara kini memiliki senjata nuklir yaitu Inggris, Tiongkok, Prancis, India, Korea Utara, Pakistan, Russia, Amerika Serikat, dan, secara tidak resmi, Israel.

"Gerakan kami tidak diragukan lagi telah memainkan peran utama dalam menciptakan 'tabu nuklir'," kata Tanaka.

"Namun, masih tersisa 12.000 hulu ledak nuklir di Bumi saat ini, 4.000 di antaranya telah dikerahkan secara operasional, siap untuk segera diluncurkan."

Pada tahun 2017, 122 pemerintah merundingkan dan mengadopsi Perjanjian PBB tentang Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons (TPNW) yang bersejarah, tetapi teksnya dianggap sebagian besar bersifat simbolis karena tidak ada kekuatan nuklir yang menandatanganinya.

Meskipun semua duta besar yang ditempatkan di Oslo diundang ke upacara hari Selasa, negara-negara pemilik senjata nuklir yang hadir hanyalah Inggris, Prancis, India, Pakistan, dan Amerika Serikat. Rusia, Tiongkok, Israel, dan Iran tidak hadir, kata Institut Nobel.

"Dunia yang memasuki era nuklir baru yang lebih tidak stabil," ujar ketua Komite Nobel Norwegia, Jorgen Watne Frydnes,  memperingatkan perang nuklir dapat menghancurkan peradaban manusia.

"Senjata nuklir saat ini,  memiliki daya rusak yang jauh lebih besar daripada dua bom yang digunakan terhadap Jepang pada tahun 1945. Senjata itu dapat membunuh jutaan orang dalam sekejap, melukai lebih banyak lagi, dan merusak iklim secara dahsyat," ujarnya.

Hadiah Nobel tahun ini dalam disiplin ilmu lain, kedokteran, fisika, kimia, sastra, dan ekonomi akan diberikan pada upacara terpisah di Stockholm.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.