Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 17 Nov 2022, 17:33 WIB

PBB: Perubahan Iklim akan Tingkatkan Kelaparan di Afrika

Wakil Direktur Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Zitouni Ould-Dada

Foto: AFP/MOHAMMED ABED

SHARM EL SHEIKH - Saat delegasi COP27 di Mesir memperdebatkan emisi yang memanaskan planet, krisis iklim memperburuk kelaparan yang menghancurkan di beberapa negara Afrika dan akan semakin memburuk tanpa tindakan segera, kata PBB, Rabu (16/11).

"Jika tindakan drastis tidak segera diambil, kelaparan akan meningkat karena perubahan iklim dirasakan di mana-mana, paling parah di daerah yang rentan, seperti Sudan," kata Zitouni Ould-Dada, dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).

Menurut peringatan yang dikeluarkan Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan pada awal bulan ini, Sudan adalah salah satu negara Afrika Timur yang menghadapi kerawanan pangan akut, seraya menyoroti situasi yang mengerikan serupa terutama di Ethiopia, Kenya, dan Somalia.

Saat KTT COP27 dibuka, sebuah pernyataan bersama dari lebih dari selusin badan PBB dan badan amal utama memperingatkan bahwa kawasan Tanduk Afrika dicengkeram oleh kekeringan terpanjang dan terparah dalam sejarah baru-baru ini, memperingatkan bahwa sebagian Somalia diproyeksikan menghadapi kelaparan.

Afrika adalah rumah bagi beberapa negara yang paling tidak bertanggung jawab atas emisi karbon, tetapi paling terpukul oleh serangan cuaca ekstrem.

Sudan, seperti banyak negara lain di benua itu, telah terpukul keras dalam beberapa tahun terakhir oleh pola cuaca yang tidak menentu seperti dilanda kekeringan yang parah dan suhu terik yang diikuti oleh curah hujan lebat.

Sekitar sepertiga populasi, lebih dari 15 juta orang, akan membutuhkan bantuan tahun depan, tingkat tertinggi selama lebih dari satu dekade, menurut Program Pangan Dunia (WFP).

Menurut peringkat tahun 2020 dalam Indeks Adaptasi Global, yang disusun oleh Universitas Notre Dame di Amerika Serikat menyatakan bahwa Sudan adalah negara paling rentan kelima di dunia terhadap dampak perubahan iklim.

Tuntutan yang meningkat akan sumber daya alam yang semakin menipis telah memicu konflik antaretnis di Sudan, termasuk perang tahun 2003 yang meletus di wilayah barat Darfur yang gersang.

Sementara kesepakatan damai untuk Darfur dicapai pada tahun 2020 dengan kelompok pemberontak utama, kekerasan terus berlanjut.

Dengan pertanian dan peternakan menyumbang 43 persen lapangan kerja dan 30 persen dari PDB, konflik atas ternak dan akses ke air dan tanah terus berlanjut.

Menurut PBB, 800 orang telah tewas tahun ini dan lebih dari 260.000 mengungsi dalam konflik di seluruh Sudan. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: Ilham Sudrajat

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.