Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 06 Feb 2025, 06:15 WIB

Organ Vestigial Bukti Sisa-sisa Evolusi Manusia

Foto: Istimewa

Dalam tubuh manusia masih terdapat organ vestigial, meski fungsinya tidak terlibat banyak dalam kehidupan. Organ ini merupakan sisa-sisa dari fungsi sebelumnya yang telah memudah yang juga menjadi bukti dari evolusi.

1738769239_5643f0334d9a962f3fba.jpg

Telinga Kuda Poni. Foto: Istimewa

Organ vestigial telah lama menjadi salah satu argumen klasik yang digunakan sebagai bukti evolusi. Argumennya seperti ini terdapat pada organisme hidup, termasuk manusia. Di dalam tubuh manusia masih mengandung organ yang dulunya berfungsi di masa lalu, tetapi sekarang tidak berguna atau fungsinya berkurang.

Hal ini dianggap oleh banyak orang sebagai bukti kuat untuk evolusi. Yang lebih penting, organ vestigial dianggap oleh beberapa evolusionis sebagai bukti yang menentang penciptaan karena mereka beralasan bahwa Pencipta yang sempurna tidak akan membuat organ yang tidak berguna.

Istilah vestigial sendiri berasal dari kata vestige berasal dari kata Latin vestigium, yang secara harfiah berarti “jejak kaki.” Kamus Merriam-Webster mendefinisikan vestige biologis sebagai “bagian tubuh atau organ yang kecil dan mengalami degenerasi atau tidak berkembang sempurna dibandingkan dengan yang lebih berkembang sepenuhnya pada tahap awal individu, pada generasi sebelumnya, atau dalam bentuk yang sangat mirip.”

Charles Darwin mungkin adalah orang pertama yang mengklaim organ vestigial sebagai bukti evolusi. Dalam bab 13 dari buku Origin of Species, Darwin membahas apa yang disebutnya sebagai “organ-organ yang belum berkembang, yang mengalami atrofi dan keguguran. Ia menggambarkan organ-organ ini sebagai “organ yang jelas-jelas tidak berguna” dan mengatakan bahwa organ-organ ini “sangat umum atau bahkan umum di seluruh alam.”

Laman Answer in Genesis menyebutkan, Darwin berspekulasi bahwa organ-organ yang belum berkembang ini pernah memiliki fungsi yang diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi seiring waktu fungsi tersebut menjadi berkurang atau tidak ada sama sekali.

1738769238_36426ec55cb97061da9a.jpg

Foto: afp/ Tobias SCHWARZ

Dalam buku Darwin The Descent of Man, ia mengklaim sekitar selusin fitur anatomi manusia tidak berguna. Di antaranya adalah otot-otot telinga, gigi bungsu, usus buntu, tulang ekor, rambut tubuh, dan lipatan semilunar di sudut mata. Bagi Darwin, ini adalah bukti kuat bahwa manusia telah berevolusi dari nenek moyang primitif.

Pada tahun 1893, ahli anatomi Jerman Robert Wiedersheim memperluas daftar “organ tidak berguna” Darwin menjadi 86. Organ-organ “vestigial” Wiedersheim meliputi organ-organ seperti kelenjar paratiroid, pineal, dan pituitari, serta timus, amandel, adenoid, usus buntu, molar ketiga, dan katup dalam vena.

Semua organ tersebut kemudian terbukti memiliki fungsi yang berguna dan bahkan beberapa memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan. Organ-organ vestigial Wiedersheim disajikan sebagai salah satu yang disebut “bukti” evolusi dalam “Persidangan Monyet” Scopes yang terkenal pada tahun 1925.

Horatio Hackett Newman, seorang ahli zoologi dari Universitas Chicago, menyatakan di mimbar saksi bahwa “menurut Robert Wiedersheim, terdapat tidak kurang dari 180 struktur vestigial dalam tubuh manusia, yang cukup untuk menjadikan manusia sebagai museum barang antik yang berjalan.”  hay

Redaktur: Haryo Brono

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.