Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 19 Mar 2025, 06:10 WIB

Nero, Kaisar Paling Kontroversial dalam Sejarah Romawi

Salah satu ruangan berkubah di Rumah Emas Nero , yang juga dikenal sebagai Domus Aurea. Dibangun setelah kebakaran yang menghancurkan sebagian Roma tengah pada tahun 64 Masehi, istana ini merupakan kompleks aula perjamuan dan halaman yang luas.

Foto: istimewa

Nero atau Claudius Caesar Augustus Germanicus adalah kaisar Romawi yang berkuasa dari tahun 54 hingga 68 Masehi. Lahir dengan nama Lucius Domitius Ahenobarbus, ia menjadi Kaisar Julio-Claudian terakhir yang memerintah Kekaisaran Romawi.

Pada masa pemerintahannya selama 14 tahun Romawi mengalami begitu banyak kemunduran. Ia adalah orang yang manja, kejam, dan kasar serta seorang eksibisionis yang suka berpakaian silang. Pesta-pesta mewahnya yang dipadukan dengan pembakaran Roma. Hal ini memperparah kekacauan ekonomi yang telah dialami rakyat Romawi sejak zaman Tiberius yang memerintah tahun 14-37 Masehi.

Laman World History menyebut, menurut sejarawan abad ke-1 hingga ke-2 bernama Suetonius dalam karyanya The Twelve Caesars, setelah mendengar kematian kaisar Nero karena bunuh diri warga sangat senang.“...warga berlarian di jalan-jalan sambil mengenakan topi kebebasan seolah-olah mereka adalah budak yang dibebaskan,” tulisnya.

Nero lahir pada tahun 37 Masehi, tetapi ia berganti nama menjadi Nero Claudius Caesar Augustus ketika ibunya, Agrippina, menikah dengan Kaisar Claudius pada tahun 49 Masehi. Beberapa orang percaya bahwa nasib Nero sudah tidak dapat dielakkan lagi.

Ayahnya, Gnaeus Domitius, yang meninggal saat Nero berusia tiga tahun. Sosoknya disebut sangat kejam dan digambarkan oleh orang-orang sezamannya sebagai “karakter yang tercela.” Ia pernah dengan sengaja menabrak seorang anak laki-laki dengan kereta perangnya saat ia berkendara melewati sebuah desa setempat.

Ketika teman-temannya memberi selamat kepadanya setelah mendengar kelahiran putranya, ayah Nero berkata bahwa apa pun yang lahir dari Agrippina dan dirinya akan menjadi malapetaka dan tidak menyenangkan.

Ibu Nero adalah putri Agrippina yang tua dan cicit dari Kaisar Augustus (neneknya adalah putrinya Julia)kedua wanita itu, serta kakak laki-laki Agrippina, mati kelaparan atas perintah Tiberius. Setelah kematian suaminya, Agrippina mengarahkan pandangannya pada Claudius yang baru saja menjanda, yang istri ketiganya Messalina telah dibunuh atas perintahnya. Ia dituduh bersalah atas tuduhan perzinahan dan percobaan pengkhianatan.

Setelah berpacaran sebentar, mereka menikah, dan Nero (atas desakan ibunya) segera diadopsi pada tahun 50 Masehi. Namun, pada saat itu, Agrippina telah mengambil langkah berikutnya. Kematian Claudius, menempatkan Nero di atas takhta kaisar.

Pada tahun 54 Masehi Claudius secara misterius meninggal setelah memakan semangkuk jamur, yang mungkin beracun. Beberapa bukti menunjukkan bahwa Nero mengetahui keracunan itu ketika ia kemudian menyebut jamur sebagai “makanan para dewa.”

Ada juga kekhawatiran bahwa Britannicus (putra sah Claudius) mungkin dipilih sebagai kaisar sebelum Nero. Suetonius menulis: “Ia [Nero] mencoba meracuni Britannicus karena ia tidak hanya iri dengan suaranya … tetapi juga takut bahwa orang-orang biasa mungkin kurang terikat pada putra angkat Claudius daripada pada putra kandungnya.”

Ketakutan Nero segera mereda untuk sementara, ketika ia terpilih sebagai kaisar baru pada tahun 54 M. Dengan naiknya takhta kekaisaran, Agrippina menjadi wanita di balik pria itu, tetapi tidak lama. Di antara tindakan pertama Nero sebagai kaisar adalah membatalkan banyak dekrit dan keputusan Claudius. Ia menyebut pendahulunya sebagai “orang tua yang pikun.”

Bagi masyarakat umum, Nero merupakan perubahan yang disambut baik. Seperti para pendahulunya, masa awal pemerintahan Nero dianggap oleh banyak orang sebagai zaman keemasan mini, masyarakat percaya bahwa ia murah hati, baik hati, dan mudah didekati.

Ada permainan, drama, konser, balap kereta perang, dan turnamen gladiator yang mewah, dan pajak bahkan dikurangi. Ia memulihkan sebagian besar kekuasaan Senat Romawi yang telah hilang selama bertahun-tahun, tetapi pemulihan ini memiliki agenda tersembunyi. Hal itu dilakukan hanya untuk memungkinkan kaisar muda itu mengejar kesenangan duniawinya, bernyanyi meski tidak memiliki suara yang bagus, dan memainkan kecapi.

Saat ia bernyanyi, tidak seorang pun di antara penonton diizinkan meninggalkan pertunjukan. “Kami membaca tentang wanita di antara penonton yang melahirkan, dan tentang pria yang begitu bosan dengan musik dan tepuk tangan sehingga mereka diam-diam turun dari dinding di bagian belakang... dan dibawa pergi untuk dimakamkan,” tulis Suetonius.

Nero & Agrippina

Meskipun Nero menemukan waktu untuk konser dan permainannya, ia memiliki masalah yang lebih besar di rumah. Ibunya yang terlalu protektif masih percaya bahwa dirinya adalah kekuatan sejati di balik takhta.

Agrippina bahkan cukup berani untuk membanggakan pengaruhnya kepada orang lain. Nero, tentu saja, menganggap campur tangan ini tidak dapat ditoleransi dan membuat rencana untuk mengakhirinya.

Pertama, ia memindahkannya keluar dari istana. Selanjutnya, ia menolak memberi perlindungan dari Pengawal Praetoriannya dan melarangnya mengikuti semua kontes gladiator. Menyadari bahwa ia mulai kehilangan kendali atas Nero, ia melawan balik dengan memberikan dukungannya kepada Britannicus.

Ia adalah saudara tiri Nero dan putra Claudius, tetapi ia secara misterius meninggal di sebuah jamuan makan keluarga dan termasuk dalam korban keracunan lainnya. Tidak butuh waktu lama bagi Agrippina untuk menyadari bahwa ia adalah target berikutnya.

Nero merencanakan kematian ibunya dengan sangat hati-hati, bahkan mendatangkan spesialis dari Alexandria ke Roma untuk membantu perencanaan. Ia membuat perangkat rumit untuk langit-langit kamar tidur ibunya yang akan runtuh dan meremukkannya saat ia tidur, meski ternyata terlalu rumit untuk dibuat dan dipasang.

Kemudian, ia mencoba membuat perahu yang dirancang khusus yang akan runtuh dan tenggelam, tetapi ibunya ternyata terlalu pintar dan berenang ke pantai. Akhirnya, upaya terakhirnya adalah yang paling sederhana dan termudah yaitu menikam ibunya sampai mati. Sebuah kematiannya yang menghantui sepanjang sisa hidup.

Poppaea, yang suami pertamanya adalah Rufius Crispinus (seorang prajurit Romawi), menikah dengan calon Kaisar Otho pada saat ia berselingkuh dengan Nero. Atas perintah kaisar, Otho dikirim ke pelosok-pelosok kekaisaran.

Eksodusnya dan kematian Octavia membuka pintu bagi pernikahan kedua Nero. Bahkan diduga bahwa Poppaea berada di balik kematian Octavia dan mungkin Agrippina. Sejarawan Tacitus dalam Annals-nya menulis:

Panjangnya kekuasaan telah mematangkan keberaniannya, dan hasratnya terhadap Poppaea semakin membara dari hari ke hari. Karena wanita itu tidak memiliki harapan untuk menikah bagi dirinya sendiri atau perceraian Octavia selama Agrippina masih hidup, ia akan mencela kaisar dengan cercaan yang tak henti-hentinya … ‘Mengapa,’ tanyanya, ‘pernikahannya ditunda?’

Pernikahan kedua Nero bukanlah pernikahan yang bahagia. Poppaea dan anak Nero meninggal tak lama setelah kelahirannya. Kehamilan Poppaea berikutnya berakhir dengan tragedi bagi keduanya.

Sebelum meninggal Poppaea dengan Nero yang sering keluar hingga larut malam. Ia kemudian diduga menendang perutnya, membunuh dia dan anak yang belum lahir itu. hay

Redaktur: Haryo Brono

Penulis: Haryo Brono

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.