Model Toleransi bagi Yunani di Bawah Aleksander Agung
Hasil dari penjualan emas Marduk memungkinkan Xerxes mulai mengumpulkan pasukannya untuk menghancurkan Yunani pada 480 SM. Namun, karena dipaksa berperang terlalu cepat, dia mengalami penghinaan yang lebih buruk daripada ayahnya.
Kerajaan yang dibangun oleh Cyrus dan Darius cukup kuat untuk menghadapi kemerosotan menuju dekadensi selama 200 tahun, namun perlahan-lahan hal ini memakan banyak korban. Bahkan multikulturalisme kekaisaran, yang awalnya merupakan kekuatan besar, memiliki kelemahan. Pasukan kekaisaran menjadi kumpulan pasukan yang membingungkan, semuanya dilatih dan diperlengkapi menurut tradisi mereka masing-masing, semuanya berbicara dalam bahasa yang berbeda.
Pada 401 SM, Cyrus Muda, melakukan kudeta terhadap saudaranya Artaxerxes II (404-358 SM) dengan bantuan 10.000 tentara bayaran Yunani yang kembali ke rumah ketika kudeta tersebut gagal. Informasi yang mereka bawa kembali membuka jalan bagi kedatangan Aleksander Agung pada 334 SM.
Ketika Aleksander orang Makedonia yang memerintah Yunani datang untuk menggantikan Kekaisaran Persia yang sekarat, ia mengingat apa yang dilakukan Cyrus dalam menciptakan keberagaman. Setelah itu Aleksander menghabiskan sebagian besar waktu kekuasaannya untuk melancarkan kampanye-kampanye militer ke Asia barat dan Mesir, Asia tengah, dan Asia selatan.
Pada usia 30 tahun, dirinya telah berhasil membentuk salah satu kekaisaran terbesar sepanjang sejarah, setelah Kekaisaran Akhemeniyah. Wilayahnya terbentang dari Balkan di barat sampai India di timur. Dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran dan terkenal luas sebagai salah satu komandan militer tersukses dalam sejarah. hay/I-1
Redaktur : Ilham Sudrajat
Komentar
()Muat lainnya