Model Toleransi bagi Yunani di Bawah Aleksander Agung
Foto: afp/ BEHROUZ MEHRIDarius I atau disebut Darius Agung adalah seorang kaisar dari Dinasti Akhemeniyah yang berkuasa pada September 522-Oktober 486 SM. Pada masa kekuasaannya, Kekaisaran Akhemeniyah mencapai puncak kejayaan dan memiliki wilayah yang sangat luas.
Kekuasaan mencapai sebagian besar Asia barat, sebagian Kaukasus, sebagian Balkan (Trakia-Makedonia, dan Paeonia), sebagian besar wilayah pesisir Laut Hitam, Asia tengah, hingga Lembah Indus di ujung timur dan bagian utara dan timur laut Afrika termasuk Mesir (Mudrâya), Libya timur, dan pesisir Sudan.
Namun pemerintahan Darius Agung kemudian menimbulkan masalah di Mediterania. Pada 499 SM terjadi pemberontakan Yunani di Ionia. Setelah berhasil menggagalkannya, armada Darius berlayar untuk menghukum Athena karena mendukung pemberontak. Tak dinyana upaya ini mengalami kekalahan.
Ketika mengetahui pemerintahan Akhemeniyah sangat lemah Darius menaikkan pajak untuk mendanai upaya persenjataan kembali melawan Yunani. Namun pajak yang dikenakan memicu kerusuhan di wilayah salah satunya adalah Mesir.
Putra Darius, Xerxes I (486-465 SM) bertanggung jawab memulihkan ketertiban di Mesir dan menjawab kekisruhan di Yunani. Ketika kenaikan pajak menimbulkan kerusuhan di Babilonia pada 482 SM, Xerxes menjarah kota tersebut, menghancurkan kuil, dan melebur patung Marduk dari emas murni, yang berukuran tiga kali ukuran manusia. Bersamaan dengan itu hilanglah kehebatan Babel.
Hasil dari penjualan emas Marduk memungkinkan Xerxes mulai mengumpulkan pasukannya untuk menghancurkan Yunani pada 480 SM. Namun, karena dipaksa berperang terlalu cepat, dia mengalami penghinaan yang lebih buruk daripada ayahnya.
Kerajaan yang dibangun oleh Cyrus dan Darius cukup kuat untuk menghadapi kemerosotan menuju dekadensi selama 200 tahun, namun perlahan-lahan hal ini memakan banyak korban. Bahkan multikulturalisme kekaisaran, yang awalnya merupakan kekuatan besar, memiliki kelemahan. Pasukan kekaisaran menjadi kumpulan pasukan yang membingungkan, semuanya dilatih dan diperlengkapi menurut tradisi mereka masing-masing, semuanya berbicara dalam bahasa yang berbeda.
Pada 401 SM, Cyrus Muda, melakukan kudeta terhadap saudaranya Artaxerxes II (404-358 SM) dengan bantuan 10.000 tentara bayaran Yunani yang kembali ke rumah ketika kudeta tersebut gagal. Informasi yang mereka bawa kembali membuka jalan bagi kedatangan Aleksander Agung pada 334 SM.
Ketika Aleksander orang Makedonia yang memerintah Yunani datang untuk menggantikan Kekaisaran Persia yang sekarat, ia mengingat apa yang dilakukan Cyrus dalam menciptakan keberagaman. Setelah itu Aleksander menghabiskan sebagian besar waktu kekuasaannya untuk melancarkan kampanye-kampanye militer ke Asia barat dan Mesir, Asia tengah, dan Asia selatan.
Pada usia 30 tahun, dirinya telah berhasil membentuk salah satu kekaisaran terbesar sepanjang sejarah, setelah Kekaisaran Akhemeniyah. Wilayahnya terbentang dari Balkan di barat sampai India di timur. Dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran dan terkenal luas sebagai salah satu komandan militer tersukses dalam sejarah. hay/I-1
Berita Trending
Berita Terkini
- Nelayan Jangan Melaut, BMKG: Siklon 98S Picu Gelombang Tinggi di Jatim dan Bali
- Tiongkok Sampaikan Dukacita Atas Kecelakaan Pesawat Jeju Air
- Serbia Hukum Penjara 14 Tahun Ayah dari Remaja yang Bunuh Teman-temannya di Sekolah
- Pecat Pelatih Fonseca, AC Milan Tunjuk Conceicao
- Mantan Dirjen ESDM Didakwa Terlibat dan Terima Uang di Kasus Timah