Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 21 Nov 2017, 01:00 WIB

Korsel Khawatir atas Program Misil Korut

Foto: REUTERS/Jorge Silva

SEOUL - Korea Utara (Korut) mungkin akan terus melanjutkan uji coba misil sepanjang tahun ini untuk menyempurnakan teknologi misil jarak jauh dan meningkatkan ancaman terhadap Amerika Serikat (AS). Hal ini disampaikan dinas mata-mata Korea Selatan (Korsel), Senin (20/11).

"Kami akan terus melakukan monitor perkembangan (program misil Korut) seteliti mungkin," demikian pernyataan Dinas Intelijen Korsel.

Korut saat ini melaksanakan program senjata nuklir dan misil dan sikap ini merupakan pembangkangan terhadap sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK-PBB) dan sama sekali tak merahasiakan bahwa mereka sedang mengembangkan misil yang dapat mencapai daratan AS. Sepanjang tahun ini, Korut telah dua kali menguji coba misil jarak jauh yang melintasi wilayah udara Jepang.

"Negara yang terisolasi itu pun baru-baru ini telah melakukan sebuah uji coba mesin roket dan pergerakan kendaraan yang amat intens terpantau di sekitar fasilitas misil Korut," kata anggota komite intelijen Korsel yang duduk di parlemen, Yi Wan-young. Informasi yang diterima Yi Wan-young diklaimnya diperoleh dari Dinas Intelijen Nasional Korsel.

Menurut Yi Wan-young, saat ini memang tak terdeteksi uji coba nuklir, namun terowongan nomor tiga di kompleks Punggye-ri sudah siap dipergunakan untuk uji ledakan nuklir kapan saja dan saat ini pembangunan terowongan ke-4 telah diteruskan dan tinggal menunggu waktu untuk bisa dipergunakan.

"Dinas mata-mata saat ini terus memantau perkembangan di kompleks Punggye-ri karena ada kemungkinan Korut akan mempersiapkan uji coba peluncuran sejumlah misil balistik tahun ini yang disamarkan dengan misi peluncuran satelit dan pengembangan secara damai misi luar angkasa. Namun pada faktanya Korut sedang meningkatkan ancaman terhadap AS," ucap Yi Wan-young pada media.

Sejauh ini Pyongyang berkilah bahwa program persenjataannya amat penting bagi mempertahankan diri terhadap rencana invasi oleh AS. Washington DC yang menempatkan 28.500 personel militer di Korsel, membantah mereka memiliki niat untuk menginvasi Korut.

Minta Dukungan Kuba

Pada saat bersamaan diwartakan bahwa Menteri Luar Negeri Korut, Ri Yong-ho, telah tiba di Kuba untuk meminta dukungan setelah AS dan komunitas internasional melakukan penekanan terhadap Pyongyang agar menghentikan program senjata nuklir dan misil balistik.

"Menlu Ri Yong-ho akan melakukan pertemuan dengan Menlu Kuba, Bruno Rodriguez, sebagai salah satu agenda aktivitasnya," demikian pesan singkat Kementerian Luar Negeri Kuba di laman resminya.

Kuba dan Korut saat ini tetap mempertahankan hubungan diplomasi sejak 1960, walau Havana kerap menyatakan ketidaksukaan terhadap senjata nuklir.

Semenjak berkuasa, Presiden AS, Donald Trump, juga telah meningkatkan tekanan terhadap Kuba dan hal ini merupakan kemunduran dari upaya pemulihan hubungan bilateral yang dicanangkan mantan Presiden Barack Obama, sehingga saat ini hubungan AS-Kuba kembali memanas.

Menurut salah seorang diplomat Korut, kunjungan Menlu Ri Yong-ho ke Kuba untuk menunjukkan bahwa Pyongyang masih bisa berkelit dari tekanan AS apalagi jarak Kuba dengan AS amat dekat.

Hingga saat ini Kuba masih mempertahankan keberadaan kantor Kedutaan Besar Korut di Havana, namun hubungan dagang dengan Kuba-Korut masih kalah jauh dibandingkan dengan Kuba-Korsel.

Kedekatan Havana-Pyongyang terendus saat sebuah kapal berbendera Korut yang mengangkut 10 ribu ton gula Kuba, ternyata didalamnya menyelundupkan alutsista buatan Uni Soviet milik Kuba yang hendak diperbaiki di Korut. Hal ini melanggar sanksi PBB dan menguatkan dugaan bahwa memang ada kedekatan hubungan antara dua negara tersebut.Rtr/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.