Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Komunikasi Politik yang Ramah

Foto : koran jakarta/ones
A   A   A   Pengaturan Font

Meminjam istilah Yudi Latif, saat ini bangsa sedang memasuki "peradaban dangkal" yang senang memuja yang terlihat luar biasa. Namun hakikatnya penuh dengan kepalsuan (Bicara Baik di Tahun Politik: 2017). Kepalsuan-kepalsuan yang terbangun dengan mewartakan keburukan setiap orang adalah kejahatan yang tak bisa dimaafkan. Sebab ini memberikan dampak kultural yang mau tidak mau hanya menjuruskan kepada perselisihan.

Pengalaman-pengalaman demokrasi yang telah dijalani pada dasarnya memberi beragam pelajaran berharga yang mesti direnungi bersama. Kampanye hitam, terbelahnya masyarakat, pertengkaran di arena media sosial dengan saling mencaci adalah bebrapa ironi yang mestinya tak terulang. Hanya, jika awal berdemokrasi masih saja diwarnai hujat menghujat seperti terjadi beberapa waktu lalu, akan menggores kesucian demokrasi.

Masyarakat awam yang tentu tidak tahu-menahu post komunikasi politik menjadi "korban politik" ketika memaknai hakikat kebenaran dan kepalsuan demikian. Ujungnya, mereka menjadi masyarakat yang salah memilih pemimpin, hingga terlunta-lunta lagi kehidupannya di lima tahun mendatang.

Sudah saatnya kita kembali pada hakikat perpolitikan yang santun, tanpa mengumbar narasi buram untuk saling menjatuhkan. Mengembalikan hakikat komunikasi politik yang dibangun politisi-politisi moralis seperti yang diharapkan Plato. Yakni sebagai moralis "pemintal kata-kata" yang tak mudah kehilangan inspirasi dan selalu membicarakan kebenaran serta kelayakan hidup di masa depan.


Penulis mahasiswa pascasarjana walisongo

Komentar

Komentar
()

Top