Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ketika Sejarah Budaya dan Tata Ruang Membentuk Gaya Bahasa Anak Jaksel

Foto : The Conversation/SA Films/Perfini

Kebayoran Baru pada era 1950-an, sebagaimana digambarkan dalam film Tiga Dara (1956), menjadi periode penting berkembangnya pengaruh bahasa Inggris di Jakarta Selatan.

A   A   A   Pengaturan Font

Pengaruh budaya AS pada 1950-an hingga 1960-an merupakan periode yang paling krusial yang membuka pintu masuk budaya AS di Indonesia pada masa-masa awal - tren yang terus berlanjut hingga periode-periode berikutnya. Hal ini tentu memberi pengaruh besar terhadap bagaimana anak Jakarta pada masa itu dan di kemudian hari berbahasa.

Meminjam kata-kata filsuf asal Prancis, Henri Lefebvre, pada akhirnya, sebuah ruang tidak muncul begitu saja, tetapi ia tercipta karena dinamika sosial.

Subkultur Jaksel yang populer dewasa ini lahir dari proses dan dinamika sosial kompleks yang telah berlangsung sejak kemerdekaan. Ia dibumbui dengan pergolakan politik dan kebudayaan dunia serta perubahan tatanan global.

Ini kemudian memungkinkan bertemunya gaya hidup maupun bahasa baru dalam satu ruang yang sama. Pertemuan ini, menurut ahli sosiolinguistik Li Wei dari University College London (UCL) di Inggris, secara tak terelakkan mendorong percampuran kata dan bahasa - sebagai wujud kreativitas dan kekritisan terhadap sejarah dan budaya - dan membentuk tatanan sosiokultural baru dalam ruang tersebut.

Dalam konteks ruang urban, peneliti linguistik Alastair Pennycook dari University of Technology Sydney (UTS) di Australia menyebut keunikan percampuran bahasa seperti ala anak Jaksel ini sebagai "spatial repertoire", yakni khazanah bahasa dan budaya yang hanya bisa diamati di tempat tertentu - which is hal yang unik bagi Jakarta Selatan.The Conversation
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top