Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

KDRT Tak Pandang Bulu, 'Influencer' Kerap Sembunyikan Derita Demi 'Image'

Foto : The Conversation/Shutterstock

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Ini menunjukkan bahwa akar masalah KDRT sering kali terletak pada upaya mempertahankan dominasi emosional dan psikologis, bukan hanya kekuasaan fisik atau finansial.

Peran media sosial

Baca Juga :
Tekan Kasus KDRT

Media sosial telah menjadi platform yang sangat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam mengungkap kasus-kasus KDRT . Di satu sisi, media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk mobilisasi dukungan dan meningkatkan kesadaran tentang kekerasan berbasis gender. Kasus-kasus yang dibagikan di media sosial sering kali mendapatkan perhatian luas dan memicu diskusi publik tentang pentingnya menangani KDRT secara serius.

Namun, di sisi lain, media sosial juga dapat memperburuk situasi dengan memperkuat budaya menyalahkan korban. Misalnya, dalam beberapa kasus, korban KDRT yang berbicara di media sosial justru menerima serangan balik dari pengguna lain, yang menuduh mereka memanfaatkan situasi untuk mencari simpati atau popularitas. Ini menunjukkan bahwa meskipun media sosial memiliki potensi besar untuk mendukung korban, platform ini juga bisa menjadi tempat yang tidak aman, terutama bagi mereka yang rentan terhadap serangan daring.

Penelitian menunjukkan bahwa pengguna media sosial sering kali bersikap ambivalen terhadap isu-isu yang baru atau kontroversial, yang dapat memperburuk polarisasi dan menambah beban psikologis bagi korban KDRT. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana media sosial dapat berfungsi sebagai pedang bermata dua dalam upaya untuk mendukung korban kekerasan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top