Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

KDRT Tak Pandang Bulu, 'Influencer' Kerap Sembunyikan Derita Demi 'Image'

Foto : The Conversation/Shutterstock

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Perspektif feminis sangat relevan dalam memahami bagaimana KDRT tidak bisa dipisahkan dari dinamika kekuatan gender yang tidak seimbang. Kekerasan berbasis gender tidak hanya terjadi di "rumah-rumah biasa", tetapi juga di kalangan mereka yang terlihat kuat dan berpengaruh di mata publik.

Teori feminisme menyoroti bahwa KDRT adalah hasil dari ketidaksetaraan gender yang mendalam dan struktur patriarki yang memperkuat posisi dominan laki-laki atas perempuan.

Baca Juga :
Tekan Kasus KDRT

Di Indonesia, perempuan masih sering menjadi korban utama KDRT, meskipun ada juga kasus ketika perempuan menjadi pelaku. Namun, dalam banyak kasus, pelaku KDRT adalah suami, pasangan, atau anggota keluarga laki-laki lainnya, yang memiliki kekuasaan lebih besar dalam rumah tangga.

Ketimpangan ini sering kali diperkuat oleh norma-norma sosial yang mengakar misalnya norma agama, yang membuat korban merasa sulit untuk melawan atau mencari bantuan.

Meskipun tidak menghadapi kesulitan ekonomi, KDRT sering terjadi karena keinginan untuk mempertahankan kontrol dan dominasi dalam hubungan. Dalam kasus selebgram, kekerasan dapat digunakan oleh pasangan laki-laki sebagai cara untuk mengatasi perasaan inferioritas atau kehilangan kontrol, meskipun perempuan memiliki kekuatan finansial dan sosial yang besar.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top