Kanada Desak Segera Gencatan Senjata di Gaza
PM Kanada, Justin Trudeau saat konferensi pers di Montreal, Kanada, beberapa waktu lalu.Trudeau menyerukan gencatan senjata segera dan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Foto: AFP/ANDREJ IVANOVHAMILTON - Pada peringatan Hari Kemanusiaan Dunia, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menyerukan gencatan senjata segera diwujudkan dan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Bantuan kemanusiaan ke Gaza itu sebagai kebutuhan yang mendesak.
"Hari ini, di Hari Kemanusiaan Dunia, kita menghormati para pahlawan yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk melindungi yang paling rentan di dunia," kata Trudeau, di Hamilton, Senin (19/8).
Merefleksikan serangan mematikan yang terjadi 21 tahun lalu di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Baghdad, yang menewaskan 22 pekerja kemanusiaan dan melukai lebih dari 150 orang lainnya, Trudeau menyoroti tantangan yang semakin besar yang dihadapi oleh upaya bantuan di seluruh dunia.
"Dampak konflik bersenjata dan perubahan iklim telah menyebabkan jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan mencapai rekor tertinggi," kata Trudeau.
Seperti dikutip dari Antara, Trudeau menegaskan kembali komitmen Kanada untuk membantu mereka yang membutuhkan melalui kemitraan dengan organisasi-organisasi seperti PBB, Gerakan Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah, serta berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Menanggapi krisis di Gaza, Trudeau menggambarkan situasinya sebagai "bencana" dan menekankan. Salah satu wilayah di mana bantuan kemanusiaan paling dibutuhkan hari ini adalah Gaza.
Bantuan untuk Gaza
Kanada berjanji memberikan 165 juta dollar AS (2,5 triliun) dalam bentuk bantuan untuk Gaza dan Tepi Barat. Trudeau menyerukan gencatan senjata yang mendesak dan menekankan pentingnya pembebasan sandera, perlindungan warga sipil, dan peningkatan aliran bantuan kemanusiaan di seluruh wilayah.
Koridor Philadelphi masih jadi perdebatan dalam negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas, media Israel melaporkan pada Minggu (18/8).
Koridor itu adalah zona penyangga demiliterisasi sepanjang 14 kilometer di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.
Israel ingin mengendalikan koridor itu, sedangkan Hamas menuntut penarikan penuh tentara Israel dari zona tersebut. "Israel tidak akan meninggalkan Gaza sampai semua sandera dibebaskan," kata Menteri Energi, Eli Cohen, seperti dikutip media tersebut.
Negosiasi yang digelar di Doha, Qatar, tersebut berakhir pada Jumat. Presiden AS, Joe Biden, mengatakan pada Mei bahwa Israel menyampaikan rencana kesepakatan tiga tahap yaitu gencatan senjata, pertukaran tahanan, dan rekonstruksi Gaza.
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah memediasi kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata, serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah kantong Palestina itu.
Namun, upaya mediasi itu mandek karena pemimpin Israel, Benjamin Netanyahu, menolak memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Eko S
Tag Terkait:
Berita Trending
Berita Terkini
- Peragakan 44 Adegan, Polda Jateng Rekonstruksi Penembakan Siswa SMKN 4 Semarang
- Semoga Segera Diwujudkan, Presiden Prabowo Perintahkan Setop Impor Beras, Garam, Gula, Jagung
- Sudan Tolak Deklarasi Kelaparan yang Didukung PBB
- Ketegangan Politik di Korsel Makin Mengkhawatirkaan, Penyidik Ajukan Surat Perintah Penangkapan untuk Yoon Suk Yeol
- Gorontalo Utara Lakukan Pengendalian PMK pada Ternak Sapi