Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Pandemi

“Kabut Otak" setelah Covid-19 Diduga karena Virus Ubah Cairan Tulang Belakang

Foto : STEPHANE DE SAKUTIN / AFP

KASUS “KABUT OTAK” I Seorang ahli radiologi mengawasi pasien yang menjalani magnetic resonance imaging (MRI) di Rumah Sakit Mondor di Creteil, beberapa waktu lalu. Kasus “kabut otak” pasien Covid-19 menjadi semakin umum bahkan pada orang yang pulih dari gejala ringan.

A   A   A   Pengaturan Font

Pasien yang berurusan dengan gejala kabut otak memiliki rata-rata 2,5 faktor risiko kognitif, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau riwayat ADHD, dibandingkan dengan rata-rata kurang dari satu faktor risiko rata-rata untuk peserta tanpa gejala kabut otak.

Faktor risiko kognitif ini relevan karena berpotensi meningkatkan risiko stroke, gangguan kognitif ringan, demensia vaskular, dan umumnya membuat pikiran lebih rentan terhadap masalah fungsi eksekutif. Faktor risiko tambahan termasuk penggunaan narkoba, ketidakmampuan belajar, kecemasan, dan depresi.

Selain itu, semua peserta menjalani serangkaian tes kognitif dengan neuropsikolog yang mengikuti kriteria yang digunakan untuk Gangguan Neurokognitif terkait HIV (HAND).


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top