Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Pandemi

“Kabut Otak" setelah Covid-19 Diduga karena Virus Ubah Cairan Tulang Belakang

Foto : STEPHANE DE SAKUTIN / AFP

KASUS “KABUT OTAK” I Seorang ahli radiologi mengawasi pasien yang menjalani magnetic resonance imaging (MRI) di Rumah Sakit Mondor di Creteil, beberapa waktu lalu. Kasus “kabut otak” pasien Covid-19 menjadi semakin umum bahkan pada orang yang pulih dari gejala ringan.

A   A   A   Pengaturan Font

"Kabut otak" setelah Covid-19 mungkin jauh lebih umum daripada yang disadari kebanyakan orang. Satu studi baru-baru ini dirilis yang berfokus pada klinik setelah Covid-19 di New York, menemukan 67 persen dari 156 pasien Covid-19 yang pulih mengalami beberapa bentuk kabut otak.

Penelitian terbaru ini memantau 32 orang dewasa. Semua peserta telah pulih dari infeksi Covid-19, tetapi tidak memerlukan rawat inap. Dua puluh dua orang menunjukkan gejala kognitif asli, sedangkan sisanya sebagai kelompok kontrol yang sehat.

Di antara seluruh kelompok, 17 (termasuk 13 dengan gejala kabut otak) setuju untuk menganalisis cairan serebrospinal mereka. Para ilmuwan mengekstrak cairan dari punggung bagian bawah, rata-rata sekitar 10 bulan setelah gejala Covid-19 pertama setiap pasien.

Miliki Anomali

Tes tersebut menunjukkan 10 dari 13 peserta dengan gejala kognitif memiliki anomali dalam cairan serebrospinal mereka. Yang penting, empat sampel cairan serebrospinal lainnya yang dikumpulkan dari orang-orang tanpa kabut otak tidak menunjukkan anomali apa pun. Peserta yang mengalami masalah kognitif cenderung lebih tua, dengan usia rata-rata 48 tahun, sedangkan usia rata-rata kelompok kontrol lebih muda, 39 tahun.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top