Jepang dan Tiongkok Wajib Danai Konversi ke Energi Terbarukan di RI
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten adalah salah satu PLTU buatan Tiongkok di Indonesia.
"Seiring investor Jepang dan Tiongkok menuai keuntungan dari over-investasi ini, wajar saja jika mereka menjadi bagian dari solusi dalam mendukung transisi energi Indonesia," kata mereka.
Jika semua pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri dengan penyertaan modal Tiongkok dan pengaturan konstruksi, baik dalam pembangunan atau perencanaan dibatalkan, sekitar 646 juta ton emisi karbon dioksida tahunan dapat dihindari, menurut para peneliti di Pusat Kebijakan Pengembangan Global Universitas Boston. Itu lebih dari emisi tahunan Jerman, penghasil emisi terbesar ketujuh di dunia.
"Bekerja sama dengan negara tuan rumah, pemodal Tiongkok dan perusahaan di luar negeri harus memberikan peluang untuk transisi, terutama ke energi terbarukan," kata peneliti pusat Cecilia Springer dan Xinyue Ma dalam sebuah laporan bulan lalu.
"Pembiayaan Tiongkok untuk proyek pembangkit listrik terbarukan di luar negeri meningkat lebih dari empat kali lipat antara tahun 2005 dan pertengahan 2019," kata mereka.
Indonesia, yang 70 persen listriknya bergantung pada batu bara, akan mengenakan pajak rendah karbon 30 ribu rupiah atau 2,1 dollar AS per ton pada April, menjelang rencana untuk mengamanatkan perdagangan kuota emisi untuk pembangkit listrik tenaga batu bara pada tahun 2025.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya