Jepang dan Tiongkok Wajib Danai Konversi ke Energi Terbarukan di RI
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya di Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten adalah salah satu PLTU buatan Tiongkok di Indonesia.
Indonesia, produsen dan eksportir batu bara terbesar ketiga di dunia, perlu menginvestasikan 150-200 miliar dollar AS per tahun untuk energi rendah karbon selama sembilan tahun ke depan guna memenuhi target emisi nol karbon pada 2060.
"Indonesia tidak memiliki uang sebanyak ini," kata Frank-Jurgen Richter, ketua lembaga pemikir Horasis yang berbasis di Zurich dan mantan Direktur Forum Ekonomi Dunia di sela-sela pertemuan tahunan Asia Horasis akhir bulan lalu.
"Jepang, melalui Bank Pembangunan Asia (ADB), mendukung transisi energi di Asia Tenggara, tetapi itu tidak cukup untuk menjembatani kesenjangan pendanaan yang besar. Saya berharap Tiongkok mengikuti. Jika tidak, itu akan mengirimkan sinyal yang salah tentang pengaruh Tiongkok di wilayah tersebut. Pertanyaannya adalah sampai sejauh mana dan seberapa cepat," katanya.
Jepang telah berjanji untuk mengakhiri pembiayaan publik untuk proyek-proyek batu bara di luar negeri pada akhir tahun, dan telah memberikan komitmen sebesar 70 miliar dollar AS dalam bentuk uang publik dan swasta antara tahun ini dan 2025 untuk mendanai proyek-proyek dekarbonisasi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk mengurangi batu bara.
Tingkatkan Dukungan
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya