Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perekonomian Nasional I RI Tidak Berdaulat Kalau Tidak Bisa Mandiri Pangan

Industri Nasional Rapuh, Lebih Mengikuti UMR Murah, Bukan Daya Beli Masyarakat

Foto : ANTARA/HARVIYAN PERDANA PUTRA

INDUSTRI NASIONAL RAPUH, BANYAK PINDAH KE BATANG I Foto udara pembangunan rumah pekerja di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Banyak industri di Jawa Barat dan Jabodetabek yang pindah ke Batang hanya karena UMR murah.

A   A   A   Pengaturan Font

"Bagaimana bisa bersaing dengan negara-negara yang surplus. Untuk makan saja harus impor, untuk bayar utang harus utang baru. Untuk tutup kredit macet dibuat kebijakan bunga yang tidak adil. Masa biaya uang dollar di AS sama dengan biaya di sini. Dengan spread margin 100 persen itu kan untuk menutup potensi kredit macet," katanya.

Kalau OJK tidak mengeluarkan aturan dividen seperti kemarin maka bank pasti akan membagi semua keuntungannya dan tidak ada lagi cadangan. Sementara itu, pinjaman online (Pinjol) dibiarkan.

Pendapatan pajak pun terus menurun terus, karena kondisi ekonomi yang sangat menurun.

Jika Tidak ada lagi kebangkitan nasional untuk perubahan paradigma, Indonesia akan semakin sulit ke depan. Sebab itu, jangan mau dibodohi lembaga internasional yang memberi harapan palsu.

"Kita dipuji lembaga internasional supaya kita mengutang lebih banyak untuk menutupi utang sebelumnya. Akhirnya satu negara milik mereka. Kalau kita ditagih utang, suruh bayar utang, kita kalang kabut. Bayar pakai apa? Mau jual pulau? Jangan bilang tidak menjual kedaulatan, karena yang dilakukan pejabat saat ini ya menjual kedaulatan secara perlahan, sedikit demi sedikit. Kita meminta dan mengemis untuk beli pangan. Mereka yang menjual merasa membantu dan yang membeli merasa mengemis. Itu kan sudah menjual secara menyicil," kata Aditya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top