Impor Jagung Dihentikan, Tetapi Gandum Meningkat
Strategi Pangan Belum Selaras
Foto: antaraJAKARTA – Keseriusan pemerintah menghentikan impor pangan masih diragukan. Meskipun impor jagung untuk pakan ternak sudah disetop, tetapi pembelian gandum dari luar negeri tetap tinggi.
Peneliti Mubyarto Institute Awan Santosa dari Yogyakarta menegaskan gandum sebenarnya masih bisa didiversifikasi ke sorgum untuk pemenuhan bahan baku tepung. Gandum memang sulit dikembangkan di Indoensia, tetapi sorgum bisa dikembangkan masif di sejumlah daerah untuk diolah menjadi tepung.
"Pemerintah harus serius mengembangkan sumber pangan lokal, biar tidak selamanya bergantung ke impor. Ini memang anomali, impor pakan ternak disetop tapi gandum tetap tinggi," tegas Awan kepada Koran Jakarta, Jumat (24/1).
Pengamat Pertanian, Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi, Universitas Warmadewa (Unwar), Denpasar, Bali Dr I Nengah Muliarta menegaskan kebijakan penghentian impor jagung tetapi tetap mengimpor gandum untuk pakan ternak menunjukkan adanya ketidakselarasan dalam strategi pangan. "Ini bisa dilihat sebagai pengalihan masalah, di mana solusi jangka pendek diambil tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Kebijakan yang lebih terintegrasi diperlukan untuk menangani semua aspek produksi pangan," tegas Muliarta.
Seperti diketahui, impor gandum dan meslin kembali melonjak pada 2023 dengan nilai mencapai 3,67 miliar dollar AS atau setara dengan 57,26 triliun rupiah (kurs 15.610 rupiah per dollar AS). Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor gandum dan meslin pada 2023 turun 2,72 persen (yoy). Meskipun turun, volume impor naik cukup tajam yakni 13,22 persen (yoy) menjadi 10,59 juta ton.
Melihat data tujuh tahun terakhir, volume impor gandum dan bergerak fluktuatif di angka 10-11 juta ton. Namun, dari sisi nilai impor melonjak 40,8 persen dari 2,6 miliar dollar AS pada 2017 menjadi3,67 miliar dollar AS pada 2023. Australia diketahui sebagai pemasok terbesar dengan jumlah 4,24 juta ton dan nilai 1,46 miliar dollar AS. Di bawah Australia ada Kanada dan Rusia.
Dari data impor komoditas pangan, gandum dan meslin merupakan komoditas yang paling banyak diimpor di Indonesia sepanjang 2023, bahkan gandum mengalahkan beras dan gula. Ini linear dengan tingginya konsumsi mie instan di Indonesia. Laporan World Instant Noodles Association (WINA) menyebut konsumsi mie instan Indonesia menembus 14,26 miliar bungkus pada 2022 melonjak dari 12,54 miliar bungkus pada 2018. Jumlah ini hanya kalah dari China (45,07 miliar).
Potensi Laut
Muliarta menyoroti khusus kebergantungan Indonesia pada pangan di darat termasuk tepung dari gandum, beras dan jagung. Swasembada pangan, tegasnya tidak harus terbatas pada produksi darat saja.
Dengan memanfaatkan potensi laut yang melimpah, Indonesia dapat mencapai ketahanan pangan yang lebih baik dan berkelanjutan. Pengembangan sektor perikanan harus menjadi bagian integral dari strategi nasional pangan, dengan dukungan dari semua pihak.
"Dengan langkah yang tepat, kita tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir,"ucapnya
- Baca Juga: BRI Targetkan Rp1,4 Triliun
- Baca Juga: Berpotensi Kembali Terkoreksi Jelang Akhir Pekan
Indonesia, sebagai negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, dikelilingi oleh lautan yang kaya akan sumber daya. Lautan Indonesia menyimpan berbagai jenis ikan, moluska, dan organisme laut lainnya yang dapat menjadi sumber pangan yang berkelanjutan.
Berita Trending
- 1 Jangan Lupa Nonton, Film "Perayaan Mati Rasa" Kedepankan Pesan Tentang Cinta Keluarga
- 2 Trump Mulai Tangkapi Ratusan Imigran Ilegal
- 3 Menkes Tegaskan Masyarakat Non-peserta BPJS Kesehatan Tetap Bisa Ikut PKG
- 4 Ketua Majelis Rektor: Rencana Kampus Kelola Tambang Jangan Jadi Masalah Baru
- 5 Berpotensi Kembali Terkoreksi Jelang Akhir Pekan