Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Lembaga Multilateral

Hadapi Perubahan Iklim, Bank Dunia Desak Anggotanya Tambah Modal

Foto : ISTIMEWA

Direktur Pelaksana Operasi Bank Dunia, Anna Bjerde

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Bank Dunia akan mendesak negara-negara anggotanya untuk meningkatkan modal baru sehingga bisa meningkatkan hibah dan pinjaman dalam merespon perubahan iklim dan krisis global lainnya.

Direktur Pelaksana Operasi Bank Dunia, Anna Bjerde dalam sebuah wawancara pada Selasa (23/5) mengatakan lembaga tersebut juga akan menggalang dukungan donor sebagai fasilitas krisis buat negara-negara termiskin di dunia yang menghadapi krisis global serta terdampak perubahan iklim yang parah.

"Kami berharap benar-benar memiliki minat yang sangat kuat untuk mendanai ini pada akhir tahun," kata Bjerde.

Fasilitas itu berada di bawah Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA), dana Bank Dunia untuk negara-negara termiskin.

Dikatakan, Covid-19 telah mendorong banyak negara miskin ke dalam kesulitan utang karena mereka dipaksa terus membayar kewajiban mereka meskipun terjadi guncangan besar pada sektor keuangannya.

Bjerde mengharapkan kemajuan besar dalam menarik minat fasilitas tersebut terjadi pada pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Maroko pada Oktober mendatang.

"Kita benar-benar perlu mendapatkan hibah dari negara-negara maju dan berpenghasilan tinggi, negara kaya, untuk memberikan transfer sumber daya ke negara berpenghasilan rendah," katanya.

Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen pada April lalu mengatakan langkah selanjutnya yang harus diambil Bank Dunia adalah perubahan potensial untuk memungkinkan sektor swasta bank dan unit pinjaman negara miskin untuk meminjamkan kepada entitas sub-negara seperti kota dan otoritas regional.

Pinjaman sub-nasional, kata Bjerde, adalah sesuatu yang ingin dieksplorasi lebih lanjut oleh Bank Dunia. "Ini perlu menjadi bagian dari perangkat dan solusi, karena kita perlu bekerja sama dengan pemerintah nasional dan pemerintah daerah untuk dapat mengatasi beberapa kebutuhan mendesak dan prioritas mendesak ini," kata Bjerde.

Semakin Terbebani

Menanggapi pernyataan Bank Dunia itu, pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B. Suhartoko mengatakan ancaman risiko terbesar yang akan dihadapi dunia menurut hasil survey adalah mengenai perubahan iklim yang berdampak negatif terhadap ketersediaan pangan dan makin seringnya bencana alam yang melanda.

Ancaman lainnya juga yang bakal membesar ke depannya ialah konsumsi energi yang dibarengi dengan harga energi yang semakin meningkat.

Dengan bencana ini papar Suhartoko, negara-negara miskin yang masih harus melakukan recovery pasca pandemi, akan semakin terbebani dengan situasi perubahan iklim tersebut. Oleh karena itu, negara-negara kaya harus meningkatkan hibah ke negara miskin.

Selain itu, negara-negara kaya juga harus meningkatkan tambahan modal baru supaya yang mampu menghadapi risiko-risiko yang berpotensi muncul.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top