Dollar Menguat, Saham Sebagian Besar Datar Karena Kurangnya Pemicu
Ilustrasi dollar AS.
Foto: New Straits TimesNEW YORK - Saham global sebagian besar datar atau lebih rendah pada hari Rabu (20/11), sementara dollar menguat menjelang laporan yang ditunggu-tunggu dari raksasa kecerdasan buatan Nvidia yang menunjukkan perusahaan itu melampaui ekspektasi pendapatannya.
Setelah hari yang buruk di Tokyo dan bursa-bursa Eropa, ekuitas mengalami sesi yang bergejolak di New York, dengan S&P 500 berakhir datar.
"Sekarang setelah euforia awal pasca pemilu memudar, jelas bahwa pasar sedang berjuang mencari katalis untuk memicu reli baru," kata analis pasar Chris Beauchamp di platform perdagangan daring IG, mengacu pada jajak pendapat presidensial AS.
- Baca Juga: Waspadai “Oversupply” dari Tiongkok
- Baca Juga: Berpotensi Menguat Lanjutan, Rabu 20 November 2024
Sehari setelah Walmart mengesankan para investor dengan laporan optimistis menjelang musim belanja liburan AS, Target kehilangan lebih dari seperlima nilai pasarnya karena pengecer itu memproyeksikan penjualan sebanding yang datar pada kuartal mendatang.
Perang di Ukraina juga kembali menjadi perhatian para pedagang minggu ini setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang akan berakhir mengizinkan Ukraina menggunakan senjata serang dalam terhadap target-target di Russia, sehingga meningkatkan ketegangan.
Pendapatan Nvidia dirilis setelah pasar AS ditutup pada hari Rabu.
Perusahaan chip itu memperoleh laba sebesar $19 miliar dari rekor pendapatan tertinggi pada kuartal terakhir karena permintaan terus berlanjut terhadap perangkat kerasnya untuk mendukung kecerdasan buatan.
Saham anjlok 1,4 persen dalam perdagangan setelah jam kerja, meskipun laba bersihnya kuat, sementara sejumlah analis khawatir tentang penurunan margin laba dibandingkan kuartal sebelumnya.
Dollar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya karena pasar berjangka memangkas kemungkinan pemangkasan suku bunga Federal Reserve bulan depan.
Pada hari Selasa, Presiden terpilih AS Donald Trump menunjuk tokoh garis keras Howard Lutnick sebagai menteri perdagangan, yang memperkuat harapan bahwa pemerintahan Republik tersebut akan menepati janjinya untuk memberlakukan tarif ketat terhadap Beijing dan negara-negara lain.
Lutnick telah menyatakan dukungannya terhadap tarif sebesar 60 persen pada barang-barang Tiongkok, bersama dengan tarif sebesar 10 persen pada semua impor lainnya.
Dengan penunjukan Lutnick, "kita semua siap untuk perang dagang saling balas antara kedua negara adidaya," kata catatan dari analis Forex.com Matt Simpson.
Para ekonom yang disurvei kini melihat risiko yang lebih besar akan kebangkitan kembali inflasi AS tahun depan, kata Simpson. "Peluang pemangkasan suku bunga Fed tahun depan terus berkurang," katanya.
Berita Trending
- 1 Electricity Connect 2024, Momentum Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional
- 2 Kampanye Akbar Pramono-Rano Bakal Diramaikan Para Mantan Gubernur DKI
- 3 Tim Putra LavAni Kembali Tembus Grand Final Usai Bungkam Indomaret
- 4 Desk Pilkada Banyak Terima Aduan dari Yogyakarta dan NTT
- 5 Sekjen PBB Desak G20 Selamatkan Perundingan Iklim yang Macet
Berita Terkini
- BI Peringatkan Masyarakat Waspadai Uang Mutilasi
- Kondisi Keuangan Bermasalah, KoinP2P Masuk Radar Pengawasan OJK
- Wamendagri Tegaskan Infrastruktur Digital Harus Inklusif dan Berdampak pada Kesejahteraan
- Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- Ini yang Dilakukan PT PAL untuk Cegah Munculnya Teroris di Lingkungan Kerja