Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Crypto Mining Butuh Energi Besar, Bisakah Kripto Ramah Lingkungan?

Foto : The Conversation/Shutterstock/Rafapress

Ketika mata uang kripto Ethereum mengubah prosesnya, ia memangkas penggunaan energinya hingga hampir 100%.

A   A   A   Pengaturan Font

Institut Pengetahuan PBB tentang air, lingkungan, dan kesehatan memperkirakan jaringan Bitcoin berdampak pada karbon, air, dan lahan yang signifikan sepanjang tahun 2020-2021. Karbon yang dihasilkan Bitcoin pada termin tersebut setara dengan pembakaran 38 miliar ton batubara. Sementara jumlah air (terutama untuk sistem pendingin) yang terpakai dapat memenuhi kebutuhan air domestik lebih dari 300 juta orang di sub-Sahara Afrika.

Indeks Keberlanjutan Jaringan Blockchain Cambridge melansir konsumsi listrik jaringan Bitcoin lebih tinggi daripada beberapa negara maju, termasuk Norwegia dan Swedia. Bagi investor yang pro terhadap ESG, hal-hal ini akan membuat mereka kehilangan minat.

Ini kian dipersulit dengan minimnya pengawasan yang mengatur kripto. Setelah bertahun-tahun berada di pinggiran pasar keuangan dan dianggap sebagai usaha yang bikin 'kaya instan' investasi kripto kini makin mainstream. Namun, regulasi yang melindungi investor dan memastikan peserta mengikuti praktik yang sesuai dengan nilai ESG masih minim.

Para spekulator turut memberi sumbangsih yang memberi imaji buruk terhadap utilisasi mata uang kripto dengan praktik-praktik negatif seperti kasus pencucian uang, penipuan, dan manipulasi harga.

Memang, diskursus "hijau" bagi kripto memiliki lebih banyak argumen yang memberatkan. Namun, tidak adil jika hanya melihat satu sisi dari koin ini. Faktanya, kripto memiliki jalur yang menantang-tetapi masih mungkin diterima secara luas-sebagai investasi ramah lingkungan.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top