Selasa, 05 Nov 2024, 00:59 WIB

BGN Sebut Hasil Uji Coba Makan Bergizi Gratis Dievaluasi Secara Berkala

Sejumlah siswa menyantap makanan saat uji coba makanan bergizi gratis di SDN 01 Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/11/2024).

Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya

Jakarta - Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Ikeu Tanziha menyebut hasil uji coba Program Makan Bergizi Gratis yang saat ini telah memasuki masa uji coba pada 80 titik di seluruh Indonesia akan dievaluasi secara berkala.

"Kami berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan dan puskesmas dalam evaluasi nutrisi anak dan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat. Semua ini dilakukan agar program berjalan dengan kualitas yang terjaga dan manfaat yang optimal," ujar Ikeu dalam diskusi Forum Merdeka Barat (FMB) 9 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Diharapkan, kata dia, pada 2 Januari 2025 program tersebut akan memasuki fase perluasan yang direncanakan menjangkau seluruh provinsi di Indonesia.

"Kami telah melakukan uji coba di 80 titik yang melibatkan berbagai unit pelayanan, seperti dapur umum dan layanan gizi mobile yang diprioritaskan untuk sekolah dan komunitas. Alhamdulillah, program berjalan lancar dan menjadi modal bagi perluasan di tahun depan," katanya.

Ia juga memastikan BGN akan mengintegrasikan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk UMKM dan sektor swasta, dalam penyediaan bahan makanan bergizi lokal.

"Keterlibatan UMKM lokal sangat penting agar dana yang dialokasikan juga berdampak positif bagi ekonomi daerah. Kami ingin memastikan bahan makanan yang diberikan memenuhi standar gizi sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional," tuturnya.

Untuk mendukung efektivitas pelaksanaan, kata dia, BGN menggandeng Komando Distrik Militer (Kodim) di berbagai wilayah yang memiliki peran strategis dalam membantu penyaluran ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau, utamanya di daerah-daerah terpencil dan daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Namun Ikeu juga tak menampik bahwa program makan bergizi gratis tidak luput dari tantangan, utamanya dalam aspek keberlanjutan pasokan pangan dan pengawasan implementasi di lapangan. Selain itu terdapat tantangan dalam menyesuaikan jenis makanan dengan preferensi budaya lokal.

“Kami memastikan bahwa standar gizinya tetap, namun jenis menunya disesuaikan dengan budaya setempat, seperti penggunaan bahan pokok lokal,” ucapnya.

Menurutnya, melalui program tersebut pemerintah tidak hanya menciptakan generasi sehat dan cerdas, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada impor pangan dengan memaksimalkan hasil dari petani lokal.

Redaktur: Marcellus Widiarto

Penulis: Antara

Tag Terkait:

Bagikan: