Akar Kekerasan Infrastruktur yang Menjerumuskan "Orang Laut" Menjadi Pemulung
Sekumpulan Orang Laut di perahu kajang sebagai tempat tinggal mereka.
Inilah kesalahan pertamanya. Sedari awal, negara membalikkan konstruksi moral dan kultural Orang Laut dengan melabeli mereka sebagai "masyarakat terasing", kaum miskin, terbelakang, dan seterusnya. Padahal, fakta historis dan etnografis menunjukkan sebaliknya. Mereka memiliki sistem sosial yang kuat dalam mendukung keberlangsungan hidup mereka sebagai suku bangsa pengembara laut.
Akhirnya, kehidupan Orang Laut mulai berubah seiring pembangunan. Mereka tak lagi hidup mengembara dengan sampan di lautan bebas. Tidak pula mereka bebas melakukan aktivitas ekonomi secara subsisten atau untuk kebutuhan sehari-hari.
Terkungkung paradoks
Kehidupan Orang Laut kemudian terkungkung paradoks: menjadi manusia modern atau bertahan dalam tradisi moyang mereka di tengah bentang alam dan iklim yang berubah. Akses mereka terhadap sumber daya perairan seperti ikan telah dikurangi akibat maraknya reklamasi pantai untuk kawasan industri dan riuhnya lalu lintas kapal.
Perubahan inilah yang pada gilirannya melahirkan kesadaran baru dalam komunitas Orang Laut, yakni kesadaran untuk 'mendarat'. Banyak Orang Laut yang akhirnya memilih bermukim tapi tetap melaut untuk mencari nafkah.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : -
Komentar
()Muat lainnya