Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Akar Kekerasan Infrastruktur yang Menjerumuskan "Orang Laut" Menjadi Pemulung

Foto : The Conversation/Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulau

Sekumpulan Orang Laut di perahu kajang sebagai tempat tinggal mereka.

A   A   A   Pengaturan Font

Selain bentuk fisik, bahasa sehari-hari yang digunakan oleh Orang Laut-berbeda dengan bahasa Melayu-semakin menguatkan asumsi bahwa etnis ini berbeda dengan etnis Melayu masa kini.

Jumlah Orang Laut di Kepulauan Riau lumayan besar. Yayasan Kajang-lembaga yang berfokus pada perlindungan dan pemberdayaan Orang Laut-menaksir jumlah Orang Laut mencapai [12.800 jiwa](https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/orang-suku-laut-kepulauan-riau-dalam-realita-pembangunan-dan-kebijakan-daerah/ yang mendiami 44 titik (perkampungan) di lima kabupaten/kota di Kepulauan Riau. Data riilnya bisa jadi jauh lebih besar karena selama ini dinas sosial setempat, Badan Pusat Statistik (BPS), dan instansi lainnya tidak memiliki data yang akurat tentang Orang Laut.

Pembangunan yang masif membuat sejumlah Orang Laut memiliki pola hidup menetap dan semi menetap (meninggalkan rumah sementara untuk melaut). Beberapa di antara mereka masih bertempat tinggal di sampan kajang (perahu beratap daun nipah) yang berlayar dalam kelompok kecil.

Hal menarik lainnya adalah adanya perubahan sosial budaya dari transisi perpindahan Orang Laut, yang semula memiliki pola hidup nomaden menjadi masyarakat lokal pesisir yang hidup menetap. Walau begitu, perubahan ini bersifat negatif akibat kekerasan infrastruktur yang mereka alami sejak puluhan tahun silam sampai sekarang.

Akar kekerasan terhadap Orang Laut
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top