Ajang untuk Menghormati Zeus
Foto: afp/ ARIS MESSINISOrang Yunani kuno cukup terbiasa dengan ketelanjangan di depan umum, termasuk dalam kompetisi olahraga seperti Olimpiade. Cara ini untuk menghindari diketahuinya status sosial seseorang dari pakaian atau perhiasan yang dipakai.
"Praktik ini sangat cocok untuk Olimpiade karena menyingkirkan status sosial," kata Tony Perrottet pada bukunya yang berjudulThe Naked Olympics: The True Story of the Ancient Games. Dengan telanjang para atlet hanya dapat diwakili oleh kekuatan fisik mereka.
Penulis Yunani juga mencatat potensi pakaian yang menghambat kemampuan atletik. Rupanya, seorang pelari pernah tersandung kain cawatnya yang jatuh saat berlomba. Saat ini, para sejarawan terus memperdebatkan motivasi sebenarnya para atlet untuk bertanding telanjang.
Menurut Perrottet, mereka mungkin hanya ingin memamerkan tubuh mereka, yang mereka lumasi dengan minyak, kepada rekan-rekan, dewa, dan penggemar yang memujanya.
Atlet bukan satu-satunya yang perlu bertelanjang di Olimpiade. Suatu kali, seorang janda menyelinap ke stadion, menyamar sebagai pelatih agar ia bisa menonton putranya bertanding. Perempuan yang sudah menikah tidak diperbolehkan hadir sebagai penonton, meskipun gadis-gadis diizinkan untuk menonton pertandingan.
"Setelah itu, semua pelatih diharuskan untuk menanggalkan pakaian seperti atlet sehingga perempuan yang tidak diinginkan dapat terlihat dengan jelas," tulis jurnalis Sonja Anderson pada lamanSmithsonian Magazine.
Olimpiade kuno sendiri diadakan untuk menghormati Zeus, raja para dewa Yunani. Pada pertengahan abad kedua SM, Kekaisaran Romawi telah menguasai Yunani, termasuk Olympia. Olimpiade terus berlanjut, populer tetapi kehormatan dan kemuliaannya menurun.
Menurut sejarawan Sofie Remijsen, Olimpiade dulunya didukung oleh dana sipil. Namun pada abad keempat, uang ini dialihkan ke tempat lain, yang berarti terserah kepada orang-orang kaya untuk mensponsori acara tersebut hingga akhirnya penyelenggara bisa mencapai titik di mana mereka tidak mampu untuk meneruskannya.
Setelah lebih dari seribu tahun, Olimpiade kuno itu berakhir, dan dunia atletik Yunani menjadi lebih menyerupai sekelompok tim olahraga rekreasi lokal daripada beberapa kompetisi besar yang sakral dan diadakan dua kali setahun.
"Olimpiade kuno mungkin telah berakhir, tetapi sulit untuk melebih-lebihkan pentingnya Olimpiade bagi orang Yunani," kata Paul Christesen, seorang sejarawan di Dartmouth College.
Faktanya, Olimpiade itu begitu penting sehingga orang Yunani bahkan mempertaruhkan keselamatan negara mereka untuk kompetisi itu ketika Persia menyerbu pada tahun 480 SM.
"Banyak negara kota Yunani sepakat untuk membentuk pasukan sekutu, tetapi mereka mengalami kesulitan untuk membentuknya karena banyak orang ingin pergi ke Olimpiade," kata Christesen. "Jadi, mereka harus menunda pembentukan pasukan untuk mempertahankan negara dari serangan Persia," kata dia. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Garuda Indonesia turunkan harga tiket Jayapura-Jakarta
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
Berita Terkini
- Status Pailit Sritex, Berikut Penjelasan BNI
- Arab Saudi: Habis Minyak Bumi, Terbitlah Lithium
- Misi Terbaru Tom Cruise: Sabotase Pasukan Jerman!
- AirNav Pastikan Kelancaran Navigasi Penerbangan Natal dan Tahun Baru 2024/2025
- Sambut Natal 2024, Bank Mandiri Bagikan 2.000 Paket Alat Sekolah hingga Kebutuhan Pokok di Seluruh Indonesia