Buat Trobosan, GSK Gelar Forum Global di Bangkok untuk Atasi Penyakit Pernafasan
Foto: Dok IstimewaJAKARTA - GSK menyelenggarakan pertemuan RespiVerse tahunan ketiga di Bangkok, belum lama ini. Acara ini mempertemukan para pakar internasional ternama dan tenaga kesehatan dari 17 negara untuk membahas tantangan global yang mendesak dalam penyakit pernapasan, dengan fokus pada solusi inovatif dan strategi kolaboratif untuk memajukan kesehatan pernapasan di seluruh dunia.
Regional Medical Lead of Biologics Emerging Market GSK, Dr. Gur Levy mengatakan bahwa pihaknya bekerja sama dengan dokter spesialis dan ahli dari seluruh dunia untuk menciptakan program unggulan yang bertujuan meningkatkan kualitas perawatan klinis dan hasil pengobatan baru bagi jutaan pasien dengan penyakit pernapasan.
“Kami meneliti dan mengembangkan vaksin, produk biologis, dan obat inhalasi untuk mengatasi penyakit pernafasan seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan Respiratory Syncytial Virus (RSV). GSK memanfaatkan teknologi terbaru untuk mengatasi penyebab utama penyakit ini dan mencegah perburukan, sehingga pasien mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih sehat,” kata Dr. Gur dalam keterangan tertulisnya, kemarin,
Pertemuan RespiVerse tahun ini menghadirkan pembicara dan peserta internasional terkemuka dari berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara, Amerika Latin, Amerika Tengah, dan lainnya. Acara ini mengintegrasikan sains, teknologi, dan keahlian untuk mengidentifikasi tantangan klinis utama di bidang pernapasan.
Tujuannya untuk mengembangkan konten ilmiah dalam rangka memperluas pengetahuan serta meningkatkan praktik profesional dokter paru di Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.
Panel ahli akan membahas empat patologi pernapasan utama: asma sedang, asma berat, PPOK, dan RSV. Pencegahan adalah kunci dalam kesehatan masyarakat, terutama untuk mengatasi penyakit pernapasan seperti RSV, yang lebih sering terjadi dan berbahaya dibandingkan flu.
Sedangkan VP & Regional Medical Affairs Head – Vaccines di GSK, Dr. Arnas Berzanskis mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk mengembangkan inovasi vaksin guna melindungi kelompok rentan, terutama lansia dan mereka yang memiliki kondisi medis seperti asma, PPOK, diabetes, dan penyakit jantung, dari risiko kesehatan serius akibat RSV.
Dengan memprioritaskan pencegahan, kami bertujuan untuk mengurangi beban RSV dan mendukung terciptanya komunitas yang lebih sehat di seluruh dunia, khususnya dalam menghadapi populasi global yang semakin menua,” ujar Dr. Arnas.
Para pakar kesehatan masyarakat menyatakan kekhawatiran terhadap risiko serius RSV pada populasi lanjut usia (lansia) dan individu dengan penyakit penyerta. Di Indonesia, jumlah lansia terus meningkat seiring bertambahnya usia harapan hidup, dengan prediksi mencapai 14,6% dari total populasi pada tahun 2030.
Saat ini, sekitar 20,7% lansia menderita penyakit penyerta yang memperburuk kerentanan mereka terhadap infeksi berat RSV. Kondisi ini diperparah oleh sistem imun lansia yang melemah akibat penuaan, meningkatkan risiko komplikasi serius dan beban kesehatan masyarakat.
RSV adalah virus pernapasan yang tersebar luas namun kurang dikenal, yang menular melalui inhalasi atau kontak dengan sekresi pernapasan dari mereka yang terinfeksi. Biasanya virus ini menunjukkan gejala-gejala termasuk hidung tersumbat, batuk, mengi, dan demam ringan.
Menegakkan diagnosis infeksi RSV sulit, dikarenakan gejalanya yang mirip dengan infeksi pernapasan lain seperti flu biasa, termasuk batuk, pilek, dan demam. Proses diagnosis membutuhkan tes khusus yang sering kali mahal, memakan waktu, dan tidak mudah diakses secara luas.
Lansia dan individu dengan penyakit penyerta sering kali tidak menyadari bahwa gejala mereka disebabkan oleh RSV, sehingga meningkatkan risiko komplikasi serius atau bahkan komplikasi fatal.
Prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam 3 tahun di Asia Tenggara mencapai 15,2 juta kasus dan di Indonesia, prediksi kejadian infeksi akibat RSV dalam tiga tahun bisa mencapai 6,1 juta kasus dr. Fariz Nurwidya, SpP(K), PhD meyampaikan pihaknya mencatat peningkatan tingkat positif kejadian RSV di antara subjek yang diuji pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Temuan ini menunjukkan beban infeksi RSV yang signifikan, yang menggambarkan fenomena gunung es, di mana jumlah kasus terdeteksi hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus yang sebenarnya terjadi di populasi,” tutupnya.
Seperti yang diketahui bahwa pertemuan RespiVerse ini menegaskan komitmen GSK dalam menghadirkan solusi inovatif untuk tantangan kesehatan pernapasan global. Melalui kolaborasi internasional, pemanfaatan teknologi canggih, dan fokus pada pencegahan, GSK berupaya memberikan dampak nyata dalam meningkatkan kualitas hidup pasien di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dengan mendukung edukasi dan inovasi, GSK berharap dapat berkontribusi pada terciptanya komunitas yang lebih sehat dan berkelanjutan di tengah tantangan kesehatan global yang terus berkembang.
Pesan kesehatan ini disampaikan oleh GSK Indonesia. Artikel ini bersifat sebagai informasi umum. Materi yang terkandung dalam artikel ini bukan merupakan saran medis. Untuk informasi lebih lanjut, konsultasikan dengan Dokter Anda.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Mohammad Zaki Alatas
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Usut Tuntas, Kejari Maluku Tenggara Sita 37 Dokumen Dugaan Korupsi Dana Hibah
- 2 Keluarga Sido Muncul Kembangkan Lahan 51 Hektare di Semarang Timur
- 3 Kejati NTB Tangkap Mantan Pejabat Bank Syariah di Semarang
- 4 Pemerintah Diminta Optimalkan Koperasi untuk Layani Pembiayaan Usaha ke Masyarkat
- 5 Dampak Proyek LRT, Transjakarta Menutup Sementara Pelayanan di Dua Halte Ini
Berita Terkini
- Catat, Menko Pangan Jamin Harga Kebutuhan Pokok Stabil
- Kasasi Ditolak MA, Sritex Bakal Tempuh Langkah Hukum Berikutnya
- Sambut Akhir Tahun Societe Luncurkan Menu Edisi Spesial
- Dorong Diversifikasi Sistem Pembayaran, QRIS Tap berbasis NFC Diujicobakan
- Ternyata Ini Penyebabnya Kenapa Mentega dan minyak Tengkawang Bengkayang Tembus Pasar Internasional