Koran-jakarta.com || Selasa, 25 Mar 2025, 16:33 WIB

Tertekan Proteksionisme dan Faktor Domestik, Rupiah Makin Loyo

  • Kurs Rupiah

JAKARTA - Rupiah kembali kehilangan daya kekuatannya dalam perdagangan, hari ini (25/3), jelang libur panjang lebaran 2025. Bahkan, kurs rupiah saat ini melampaui target pemerintah dalam asumsi makro APBN 2025 di posisi Rp16.000/ dolar AS.

Ket. Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah.

Doc: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Pelemahan rupiah dapat membuat barang impor menjadi lebih mahal karena harga dalam mata uang asing meningkat. Ini bisa memicu inflasi, terutama untuk barang kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

Pengamat mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menilai tantangan global yang ditandai tren proteksionisme dan faktor sentimen domestik menekan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS.

Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan, Selasa (25/3) sore, melemah sebesar 44 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.612 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.568 per dolar AS.

“Pertumbuhan ekonomi pada 2025 hanya akan sebesar 4,9 persen, lebih rendah ketimbang prediksi sebelumnya di angka 5,1 persen,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (25/3).

Ibrahim menyampaikan bahwa pertumbuhan rendah diperkirakan berlanjut pada 2026 di 4,9 persen dibandingkan proyeksi sebelumnya 5,15 persen. Penurunan tersebut mencerminkan outlook investasi yang lebih lemah dan kenaikan risiko perdagangan dari ancaman kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Menurut Ibrahim, perekonomian Indonesia sudah menunjukkan kelesuan bahkan ketika ancaman tarif Trump belum terlalu memanas. Arus pemutusan hubungan kerja besar-besaran yang melanda industri padat karya seperti tekstil, telah melemahkan konsumsi rumah tangga.

Selain itu, ketidakpastian yang menyertai transisi kepemimpinan di Indonesia maupun AS berdampak pada permintaan kredit.

“Walaupun Bank Indonesia telah melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan DNDF (Domestic Non Deliverable Forward). Namun, kekhawatiran investor telah meningkat karena inisiatif fiskal ekspansif Presiden Prabowo Subianto telah menyebabkan pemotongan anggaran yang signifikan di sektor-sektor penting seperti pendidikan dan pekerjaan umum. Akibatnya, pasar saham mengalami penurunan tajam terus-menerus bulan ini,” ungkap dia.

Pada 2 April, tensi ketegangan perdagangan global diperkirakan akan meningkat seiring kebijakan tarif timbal balik dari AS, walaupun ada sebagian negara yang mendapatkan keringanan.

“Presiden Donald Trump berencana untuk menerapkan pendekatan yang lebih selektif terhadap tarif timbal balik mulai bulan depan. Alih-alih mengenakan pungutan yang luas di seluruh industri, pemerintahan Trump diharapkan untuk fokus pada negara-negara dengan ketidakseimbangan perdagangan yang signifikan dengan AS,” kata Ibrahim.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini, juga melemah ke level Rp16.622 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.561 per dolar AS.

Tim Redaksi:
A
M

Like, Comment, or Share:


Artikel Terkait