2023, Produksi Beras Dunia Diproyeksi Susut karena Cuaca Ekstrem
KRISIS IKLIM SUSAHKAN PETANI I Petani mencangkul sawah yang mengalami kekeringan di kawasan pertanian Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, belum lama ini. Krisis iklim seperti kekeringan mengancam pangan dan penghidupan miliaran penduduk dunia.
Tantangan sekarang berbeda dengan 50 tahun lalu. Padahal, dunia perlu menghasilkan lebih banyak beras untuk mencegah kelaparan. Benih hibrida hasil tinggi, ditanam dengan pupuk kimia.
Di Delta Mekong, para petani terus menghasilkan dengan panen tiga kali setahun untuk memberi makan jutaan orang di dalam dan luar negeri. Sistem produksi intensif itu telah menciptakan masalah baru di seluruh dunia karena menghabiskan akuifer, yang mendorong penggunaan pupuk, mengurangi keragaman bibit padi yang ditanam, dan mencemari udara dengan asap dari tunggul padi yang terbakar.
Selain itu, ada perubahan iklim yang telah mengubah ritme sinar matahari dan hujan yang menjadi tempat bergantung padi.
Hal yang mungkin paling mengkhawatirkan karena nasi dimakan setiap hari oleh beberapa orang termiskin di dunia, sementara konsentrasi karbon dioksida yang tinggi di atmosfer menghabiskan nutrisi di setiap butir.
Di tempat lain, petani harus mengubah kalender mereka untuk menanam beras dan biji-bijian pokok lainnya atas bantuan para ilmuwan. Tim peneliti di laboratorium milik Argelia Lorence dipenuhi dengan 310 jenis benih beras yang berbeda.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya