
2023, Produksi Beras Dunia Diproyeksi Susut karena Cuaca Ekstrem

KRISIS IKLIM SUSAHKAN PETANI I Petani mencangkul sawah yang mengalami kekeringan di kawasan pertanian Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, belum lama ini. Krisis iklim seperti kekeringan mengancam pangan dan penghidupan miliaran penduduk dunia.
Sementara dari New York, The Straits Times juga melaporkan saat suhu bumi semakin panas, produksi beras dalam masalah yang mengancam pangan dan penghidupan miliaran orang. Kadang-kadang curah hujan tidak cukup, saat bibit membutuhkan air, atau air melimpah sehingga tanaman terendam banjir. Begitu pula saat laut mengganggu, garam merusak tanaman. Saat suhu malam menjadi hangat, hasil panen pun turun.
Ancaman itu memaksa dunia menemukan cara baru untuk menanam salah satu komoditas utama. Petani padi menggeser kalender tanam mereka. Para perekayasa tanaman sedang berupaya mengembangkan varietas super yang kuat agar bertahan pada suhu tinggi atau tanah dengan kadar garam yang tinggi.
Saat air semakin menipis di banyak bagian dunia, para petani sengaja membiarkan ladang mereka mengering, sebuah strategi yang juga mengurangi metana, gas rumah kaca yang kuat yang muncul dari sawah.
Krisis iklim sangat menyusahkan bagi petani kecil dengan sedikit lahan, seperti halnya ratusan juta petani di Asia.
"Mereka harus beradaptasi. Kalau tidak, mereka tidak bisa hidup," kata Pham Tan Dao, Kepala Irigasi Soc Trang, provinsi pesisir di Vietnam, salah satu wilayah penghasil beras terbesar di dunia.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya