AS Bergabung Lagi dalam Perjanjian Iklim Paris
- Amerika Serikat (AS)
- Joe Biden
WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, pada Jumat (19/2) memperingatkan bahwa perubahan iklim adalah krisis eksistensial global yang harus ditangani. Ia menyampaikan itu setelah menyatakan Amerika bergabung kembali dalam Perjanjian Iklim Paris 2015.

Ket. Presiden AS Joe Biden saat memaparkan kebijakan pemerintahannya mengenai perubahan iklim di Gedung Putih
Doc: VoA/AFP
"Kita harus mempercepat komitmen kita untuk secara agresif mengekang emisi dan meminta pertanggungjawaban satu sama lain untuk memenuhi tujuan kita dan meningkatkan ambisi kita," kata Biden.
Keputusan itu membalik keputusan pemerintahan Trump untuk keluar dari pakta iklim itu. Trump adalah pendukung industri bahan bakar fosil dan sering mengejek energi terbarukan yang bersih.
Pada 2017, Trump mengumumkan AS akan keluar dari pakta itu, demi kepentingan ekonomi Amerika. Berdasar syarat dalam pakta itu, AS baru bisa keluar pada 4 November 2020, sehari setelah pemilihan presiden dimenangkan oleh Biden.
Perjanjian Paris 2015, yang ditandatangani hampir semua negara di dunia, bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca global dan membatasi kenaikan suhu Bumi dalam abad ini menjadi 2 derajat Celcius, sambil berupaya membatasi peningkatan menjadi 1,5 derajat.
Pada 20 Januari, tak lama setelah dilantik, Biden menandatangani sejumlah perintah eksekutif, termasuk untuk bergabung lagi dalam Perjanjian Paris. Setelah menunggu 30 hari, AS kini resmi kembali masuk dalam pakta itu.
Pada acara virtual untuk menandai kembalinya AS ke pakta itu, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan ini adalah hari harapan, dan kabar baik untuk Amerika maupun dunia.
Anda mungkin tertarik:
Presiden Biden berkomitmen untuk mencapai target ambisius, termasuk ekonomi energi bersih 100 persen dan mencapai emisi nol selambat-lambatnya pada 2050. VoA/I-1